3.4.10

Lontar Raja Purana

Halaman 1b

Ini perihal ketentuan dan kewajiban di pura Besakih (Gunung Agung) yang tercantum dalam Piagam Raja (Dalem). Anglurah Kebayan di Besakih dan Sedahan Ler di Selat mempunyai tugas yang sama untuk memelihara dan menegakkan piagam raja ini. Begini disebutkan, persembahan raja berupa tanah sawah untuk laba pura. Tanah itu ada di wilayah desa Tohjiwa terletak di subak Kepasekan, Bugbugan, Lenging Ogang, Lod Umah, Dauh Kutuh, jumlah semuanya berbibit 12 1/2 tenah, untuk Batara Ratu Kidul sepertiga, Batara I Dewa Bukit Pangubengan sepertiga, Batara Dewa Danginkreteg sepertiga, jadi masing-masing pura mendapat sawah berbibit 3 tenah 2 depuk. Lagi sawah untuk laba pura persembahan Dalem ke hadapan Batara di Batumadeg tanah sawah di desa Tangkup yang terletak di Jejero berbibit 5 tenah. Lagi laba pura persembahan Dalem ke hadapan Batara Manik Geni berupa tanah sawah di Muncan yang terletak

Halaman 2a

di Teba Kulon, Teba Lor, berbibit 4 tenah. Persembahan Dalem ke hadapan Batara Basukihan, dan Batara Tulus Dewa berupa tanah sawah di desa Klungah terletak di subak Bukihan berbibit 12 tenah yang juga dipergunakan untuk bebakaran. Untuk pesangon juru arah, pengusung Sang Hyang Siyem, Batara Rabut Paradah ialah hasil sawah di desa Macetra di sebelah selatan bukit Santap berbibit tiga setengah tenah. Ini ketentuan yang pertama. Warga keturunan dari Majapahit yang ikut bersama Sri Kepakisan yang datang dan menjadi raja di Bali ialah keturunan warga Kanuruhan, Arya Kenceng, Arya Delancang, Arya Belog, Sira Wang Bang. Sesudah itu Arya Kutawaringin. Pangeran Asak mengembara

Halaman 2b

akhirnya sampai dan tinggal di Kapal. Di sini diangkat sebagai menantu oleh Arya Pengalasan berputra laki-laki bernama Pangeran Dauh, Pangeran Nginte dan ada pula yang wanita. Pangeran Nginte berputra Gusti Agung, Gusti di Ler. Pangeran Dauh berputra laki-laki dua orang dan wanita, yang diperistri oleh Pangeran Pande, yang tertua diperistri sepupunya, yang lebih kecil diperistri oleh Pangeran Dauh yang disebut Pangeran Srantik di Camanggawon. Keturunan Arya Kanuruhan: Pangeran Pagatepan dan Pangeran Tangkas. Pangeran Pangalasan menurunkan:

Halaman 3a

Srantik ini kesatria dari Majapahit bersepupu dengan keturunan Pangeran Dauh Bale Agung warga Arya Kepakisan menjadi menteri Dalem Kepakisan yang keturunannya antara lain: Pangeran Batan Jeruk, Pangeran Nyuh Aya, Pangeran Asak. Keturunan Arya Wang Bang, Sang Penataran, Tohjiwa, Singarsa termasuk rumpun warga Pengalasan. Keturunan Arya Kenceng yaitu: Tabanan dan Badung, Keturunan Arya Belog: Buringkit dan Kaba-kaba. Keturunan Arya Wang Bang: Pring dan Cagahan Keturunan Arya Kutawaringin: Kubon Tubuh. Tiga orang wesya dari

Halaman 3b

Majapahit yang bernama Tan Kober, Tan Mundur dan Tan Kawur. Keturunannya ialah Pacung, Abiansemal dan Cacahan. Pangeran Pande bersaudara dengan Pangeran Anjarame yang kawin dengan saudara Pangeran Anglurah Kanca. Mempunyai anak yang kawin dengan Pangeran Jelantik. Pangeran Pande mengambil istri ke Kapal menurunkan Arya Dauh yang ada sekarang. Dan I Gusti Agung berputra lima orang pria dan wanita tiga orang antara lain: I Gusti Kacang Pawos, I Gusti Intaran. I Gusti di Ler berputra sepuluh orang pria antara lain: I Gusti Penida dan yang wanita kawin ke Kapal (Gelgel) dengan I Gusti Kubon Tubuh. Ini merupakan mufakat dan ketulusan hati yang tersebut di atas ngemong pura-pura di Besakih. Semoga berhasil dan bahagia.

Halaman 4a

Ini perihal upaya untuk menenteramkan pulau Bali supaya selamat dan selalu berpahala. Sepatutnya Nglurah Sidemen mengawasi ketentuan pura-pura seperti dahulu, tempat bersemayamnya para Dewa dan Batara. Pikiran yang tenteram dilambangkan dengan Padmasana. Padma Nglayang adalah lambang dari Gunung Agung, Gunung Batur adalah lambang dari gunung Indrakila. Di Besakih bagian selatan tempat. bersemayamnya I Dewa Kidul, bangunan gedong bertembok. Persemayaman Ida I Dewa Manik Mas meru bertingkat satu bertiang empat. Persemayaman I Dewa Bangun Sakti meru bertingkat satu bertiang empat. Persemayaman I Dewa Ulun Kulkul meru bertingkat satu bertiang empat. Persemayaman I Dewa Jero Dalem meru bertingkat satu bertiang empat dan persemayaman I Dewa Empu Anggending sebuah gedong. Persemayaman Batara Sri meru bertingkat satu bertiang empat, persemayaman Batara Basukihan meru bertingkat tujuh. Persemayaman Batara Pangubengan meru bertingkat sebelas.

Halaman 4b

Di Penataran, persemayaman I Dewa Atu sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman I Dewa Paninjoan sebuah meru bertingkat sembilan. Persemayaman I Dewa Mas Mapulilit meru bertingkat sebelas. Ini semua terletak di Penataran Agung. Lengkap dengan tempat jempana semua pura terutama sekali bangunan Sanggar Agung. Bale Agung yang terdiri dari sebelas ruangan, sebuah Kori Agung, di luar pintu gerbang ada dua balai bertiang delapan dan candiraras mengapit pintu gerbang. Perihal persemayaman I Dewa Tegal Besung sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman I Dewa Samplangan sebuah meru bertingkat sembilan. Persemayaman I Dewa Enggong sebuah meru bertingkat tujuh. Persemayaman I Dewa Sagening sebuah meru bertingkat lima. Persemayaman I Dewa Made sebuah meru bertingkat tiga. Persemayaman I Dewa Pacekan sebuah meru bertingkat satu berbentuk gedong. Persemayaman Pangeran Tohjiwa sebuah meru bertingkat tiga. Persemayaman I Dewa Pasek sebuah meru bertingkat tiga.

Halaman 5a

Selanjutnya tentang bale mandapa tempat peristirahatan Dalem didampingi oleh Nglurah Sidemen. Dalem seyogyanya mengetahui semua bangunan suci yang ada di pura Batumadeg yang diemong oleh I Dewa Den Bancingah bersama para Arya dan masyarakat di sebelah barat sungai Telagadwaja supaya dalam keadaan baik semuanya. ini ketentuan mengenai persemayaman para Dewa yang diemong oleh Anglurah Sidemen bersama para Arya dan masyarakat desa di sebelah timur sungai Telagadwaja yaitu: Persemayaman I Dewa Gelap sebuah meru bertingkat tiga bertembok berdinding. Persemayaman I Dewa Bukit bersama permaisuri sebuah meru bertingkat satu bertembok. Persemayaman I Dewa Ratu Magelung meru bertingkat tiga bertembok. Persemayaman I Dewa Wisesa sebuah meru bertingkat sebelas dan sebuah candi raras yang merupakan pintu/jalan keluar masuk I Dewa Bukit. Persemayaman Sang Hyang Dedari sebuah balai bertiang empat yang dibuat dari kayu cendana.

Halaman 5b

Persemayaman I Dewa Tureksa sebuah meru bertingkat tujuh. Persemayaman I Dewa Maspahit sebuah meru bertingkat sebelas. Persemayaman I Dewa Manik Makentel sebuah meru bertingkat sebelas, sebuah balai Panggungan beratap ijuk lengkap dengan kain busana, sebuah balai Manguntur. sebuah balai Sumangkirang beratap ijuk. Di luar pintu gerbang dua buah balai Ongkara mengapit pintu. Dan juga dua buah balai Majalila beratap ijuk berhadap-hadapan. Persemayaman I Dewa Manik Geni sebuah meru bertingkat sembilan. Persemayaman I Dewa Penataran sebuah meru bertingkat tujuh. Persemayaman I Dewa Hyangning Made Gunung Agung sebuah meru bertingkat lima. Persemayaman I Dewa Gusti Hyang sebuah meru bertingkat tiga. Persemayaman Ida Hyang Antiga sebuah meru bertingkat satu. Persemayaman I Dewa Hyangning Teges sebuah meru bertingkat satu, semuanya beratap ijuk dan berdinding. Ini bagian yang diemong oleh Anglurah Sidemen. Semua bangunan suci yang berada di Penataran Agung juga menjadi tanggungjawab raja.

Halaman 6a

Dan lagi bangunan suci di pura Dangin Kreteg ditetapkan diemong oleh Arya Karangasem. Demikianlah semua bangunan suci yang tertulis dalam piagam. Dan untuk selanjutnya tentang upakara dan upacara besar maupun kecil menjadi tanggungjawab Anglurah Sidemen, juga mengenai kain-busana usungan para Dewa dan alat-alat perhiasan lainnya dibiayai dengan hasil tanah di Bebandem, Cacakan, Pajegan, Gantalan. Ini harus diingat / diperhatikan oleh Anglurah Sidemen, perlengkapan usungan para Dewa selengkapnya dan kewajiban para pemegang sawah milik raja. Begini anugerah Batara Maospahit. "Wahai turunanku raja Majapahit yang kuberikan gelar Ratu Kepakisan yang menjadi raja Bali, turun temurun harus mentaati dan menghormati piagam ini. Pegang dengan teguh piagam ini dan sebar luaskan di Bali. Dibantu oleh keturunan para Arya yang mengiring dan para punggawa yakni:

Halaman 6b

Arya Kanuruhan, Kenceng, Belog. Delancang. Dan berikutnya warga Wang Bang yang juga turunan Brahmana yang ikut bersama-sama mengarungi samudra dan warga Kuta Waringin. Kepada Sira Wang Bang saya tugaskan menuju Gunung Agung (Besakih) supaya bersama-sama dengan Sang Kul Putih mohon anugerah ke hadapan Dewa (mengabdikan diri ke hadapan para Dewa) langsung sampai ke puncak Gunung Agung. Maka mulai sekarang Sira Wang Bang bersama Sang Mangku Gunung Agung. Sira Wang Bang bertugas menjaga arca Dewa dan piagam Raja yang turun dari Kahyangan. Ini semua hendaknya diemong selama-lamanya, turun temurun. Aku mengatur / menentukan pemujaan kepada para Dewa dan lanjut upacara pengodalan pada hari Rabu Wage, wuku Kulawu, upacara pemujaan setiap hari purnama dan tilem (bulan gelap) Oktober. Nopember. April, Juli. pada saat itulah raja datang bersembahyang ke Besakih bersama para pendeta dan pasukan. Aku memberi ijin untuk mengambil hasil bumi, udara, tegalan dan sawah di desa-desa, hasil pantai, laut dan gunung di sebelah

Halaman 7a

timur sungai Telagadwaja. Terutama hasil tegal dan sawah bukti di desa Muncan. Jumlah uang tujuh belas ribu dan sawah berbibit delapan puluh lima tenah, sebagai biaya dapur dan isi lumbung agung, Sawah-sawah itu terletak di Bukih, Pedengdengan Kelod, sampai ke Keben Aras yang bernama Tinggarata. Pahyasan, Sari, Gunung Sari Lebih, dikenakan bawang putih 2200 biji dan lagi hasil bumi Selat. Ingat barang-barang itu sebagai pengisi lumbung agung yang terletak di halaman luar pura Besakih tempat hasil sawah laba itu seharga 1700. Lumbung itu milik raja dan lumbung pajenengan Batara di Gunung Agung (Besakih). Kalau sudah demikian stabillah persemayaman Dewa dan kedudukan raja. Kalau lumbung Dewa dan milik raja rusak maka diwajibkan desa harus memperbaiki lumbung itu dan mengatapi sampai selesai. Raja memberikan kuasa kepada semua penghulu desa.

Halaman 7b

Peringatan kepada Sedahan Penyarikan: supaya menaikkan padi ke lumbung terutama hasil sawah Santen Dawa Higa yang dipergunakan untuk biaya upacara di pura Besakih dan Batara di puncak Gunung Agung. Bahan upakara itu dibebankan kepada masyarakat desa Sikuhan, Renaasih, Luwih, Suarga Peleng, masing-masing 500 biji dasun putih beserta uang dan ayam putih jantan betina, bunga palawa, bunga kasna yang bunganya melekat menjadi satu dan cemara tiblun. Ini harus dibawa setiap hari Kamis Paing wuku Wayang dan Minggu Paing Dungulan ke halaman luar pura Besakih diterimakan kepada Sedahan Dewa. Jangan lalai jangan alpa dan jangan curang. Ini adalah persembahan raja kepada para Dewa dan Batara yang bersemayam di puncak Gunung Agung. Batara bersabda, "Hai kamu manusia taatilah titahku! Piagam ini telah direstui oleh para Dewa Nawasanga.

Halaman 8a

Jika tidak mentaati Piagam ini semoga kamu sirna dan menjadi lintah". Ini Piagam tahun 1007 Masehi (929 Saka). Om Namobhye namah, Om Sri wastha sattawasar. Raja Majapahit kabarnya dalam keadaan berbaring. Pada waktu itulah Prasasti yang berupa Piagam ini dikeluarkan. Aku adalah Batara Indra, aku ini adalah Batara Maospahit dan aku raja Majapahit bersama-sama bersemayam di pulau Bali. Diceritakan sekarang Dalem Pakisan yang menurunkan raja Bali. Karena ketulusan hati dan kebijaksanaan beliau ibarat Sang Hyang Darma menjadi raja yang dapat mengalahkan raja Bali yang terdahulu. Dan Sira Wang Bang yang mengabdikan diri kepada Batara di Besakih juga mengemong pura tempat bersemayamnya Batara Naga Basukih. Demikianlah kewajibannya selama hidup serta para turunannya mengabdi mempersembahkan air suci. Sira Wang Bang mengantarkan persembahan raja ke hadapan Batara di Kahyangan tatkala bersembahyang ke hadapan yang bersemayam di puncak Gunung Agung dan Batara Pusering Tasik (Tengah samudra) dan lautan madu.

Halaman 8b

Aku mengambil hasil bumi dan angkasa, segala jenis hasil pesisir, lautan dan gunung untuk biaya upacara ke hadapan Batara di Besakih (gunung Agung). Berkat anugerah Batara masyarakat bersatu mematuhinya akibatnya bumi pun makmur. Para Arya semua bersatu yaitu: Arya Kanuruhan, Arya Kenceng, Delancang, Arya Belog, Arya Kuta Waringin. Sabda Batara, "Hai kamu manusia mayapada, jangan engkau durhaka kepadaku. Jika engkau tidak memelihara pura-pura di Besakih persemayaman para Dewa masing-masing dan kalau ada yang rusak tidak kamu perbaiki, tidak bakti, semoga kamu bertikam-tikaman dengan keluargamu dan semoga engkau binasa, martabatmu akan surut dan menderita serta jauh dari keselamatan". Sabda Batara Nawasanga kepada para umat penganut Siwa dan Buda dan para catur wangsa supaya memelihara dan memperbaiki kerusakan pura di Besakih. Apabila waktu bersembahyang melihat warna seperti ijuk sekakab (segabung), itu pertanda turunnya Batara Kidul Bangun Sakti. Ucapkan mantra: Ong, Bang, I, namah. manifestasi Sang Hyang Antaboga yang bersemayam di samudra.

Halaman 9a

Kalau kelihatan seperti air tenang itu pertanda turunnya I Dewa Bukit. Ucapkan mantra: Ong, Yang, Ung, namah. ltulah manifestasi Batara Duhuring Akasa / Batara Naga Basukih. Kalau kelihatan ada cahaya seperti api menyala dan gemerlapan, itu pertanda turunnya Batara Atu. Ucapkan mantra: Ongkara Siwa namah swaha. Manifestasi Sang Hyang Siwa. Apabila kelihatan warna putih berkilau-kilauan itu pertanda turunnya I Dewa Sesa. Ucapkan mantra: Ong, Saswara Indra nama swaha. Manifestasi Sang Hyang Surya. Tampak cahaya berwarna merah itu pertanda turunnya I Dewa Rabut Pradah. Ucapkan mentera: Ong, Bang Yudhaya namah swaha. Manifestasi Batara Brahma. Kelihatan cahaya berwarna kuning seperti emas wilis itu pertanda turunnya Batara Maospahit. Ucapkan mentera: Ong, Ong, Tang namah swaha. Manifestasi Batara Wulan.

Halaman 9b

Kelihatan. cahaya seperti kaca hitam itu pertanda turunnya Batara Batu Madeg. Ucapkan mentera: Ong, Ang, Ung. Kresnaya nama swaha. Manifestasi Batara Wisnu. Kelihatan cahaya seperti perak bertatahkan permata mirah itu pertanda turunnya Batara Basukihan. Ucapkan mentera: Ong, Mang, Siwaya namah swaha. Manifestasi Sang Agawe Pita. Kelihatan cahaya seperti mirah dan intan yang telah digosok itu pertanda turunnya I Dewa Mas Makentel. Ucapkan mentera: Ong, Mang. Siwaya namah swaha. Manifestasi Batara Rabut Sedana Sakti. Kelihatan cahaya seperti air embun seperti permata jamrut itu pertanda turunnya I Dewa Manik Malekah. Ucapkan mentera: Ong, Sang Bhawantu Sri ya namah. Manifestasi Batara Sri. Kelihatan cahaya seperti bunga teleng gemerlapan itu pertanda turunnya Batari Pertiwi. Ucapkan mentera: Ong, Ong, Sri Sundharu ya namah. Manifestasi Batari Kuwuh/Batari Sundhari. Beliaulah yang menciptakan yang indah-indah dan benda-benda berharga dan persemayaman beliau tiada taranya.

Halaman 10a

Kelihatan cahaya seperti kunang-kunang bertaburan itu pertanda turunnya I Dewa Geni / I Dewa Gelap. Ucapkan mentera: Ong Sa, Ba, Ta, nama siwaya. Beliau berwujud baik buruk, bumi dan angkasa. Kelihatan cahaya gelap gulita itu pertanda turunnya Batara Gangga di sebelah selatan Besakih menjadi mata air yang dinamakan Sindu Tunggang. Kisah kenyataan. Kelihatan cahaya gelap gulita turun Batari Gangga di sebelah utara Besakih: menjadi mata air yang dinamakan Sang Hyang Tirta Sakti Amerta. Demikianlah kisah semua mata air pada tahun 122 M. Turun Batara Indra dan membawanya ke Surga. Ini disebut Brahma Tirta terjadi pada tahun 126 Masehi. Turun pada waktu gelap gulita hujan angin kelihatan seperti mas berpermata intan dan terdengar seperti suara gentaworag para Mpu mengalun. Ucapkan mentera: Ong, Nang, Ung, Nang, Ung. Turunlah arca mas bermuka empat, arca perak, tembaga, loyang, besi. Semua bertatahkan permata mirah.

Halaman 10b

Turun pada waktu malam hari disertai topan dan hujan itu pertanda turunnya Sang Hyang Siyem berwarna putih kehijau-hijauan dan Sang Hyang Rabut Pradah diiringi dengan tabuh-tabuhan dengdengkuk. Untuk mengingatkan raja supaya bersembahyang ke Besakih bersama para Arya serta rakyatnya mempersembahkan upacara. Semua mengiring malasti ke pancuran Pamanca (Arca) pada paruh bulan terang dengan kurban berupa babi guling 5, suci, dan lis. Di Pulo Jelepung sawah berbibit dua tenah dan lagi di Kinang sawah berbibit dua setengah tenah di Balu Agung Jelantik sawah berbibit empat tenah di Batu Mangecek berbibit empat tenah. Lagi sawah di daerah Tusan yang terletak di Jati Heling berbibit dua tenah.

Halaman 11a

Di Ketekan Aji berbibit tiga tenah. Di desa Nyalian sawah Dana berbibit empat tenah. Dan lagi hasil bumi Duda sampai di Henteran, Macang. Babalan, itu persembahan Dalem ke hadapan Batara di Pajenengan Dalem. Lagi persembahan Dalem ke hadapan Batara Pajenengan hasil tegalan Payasan dan pegunungan Lebih sampai ke Hengarura, Sukalewih, Pedeng. Galah, Sikuan. Pranasih dan semua warga desanya yang berjumlah 1515 orang. Daerah Muncan yaitu : Susut. Yeha, Pejeng, Tampelan dikenakan gula, atep, ubi-ubian dan buah-buahan. Persembahan raja ke hadapan I Dewa Ratu Kidul berupa hasil dari bagi hasil sawah di wilayah desa Selat yang terletak di Timpas berbibit lima tenah dan bagi hasil di Santen Bulon, Padatahan, Jalantehep, berbibit dua tenah di gunung Paseba. Lagi persembahan Dalem ke hadapan Batara di Pangubengan, Sang Hyang Tirta, I Dewa Bukit Kiwa Tengen, Pajenengan Dalem. berupa hasil dari bagi hasil sawah Pagunungan berbibit lima tahil. Persembahan Dalem untuk upacara ke hadapan Batara Pajenengan Dalem tetap tidak boleh diubah yaitu hasil dari bagi hasil sawah Santen Wetan berbibit lima timbang.

Halaman 11b

Persembahan ke hadapan Pajenengan Dalem ditetapkan berbibit dua tenah. Dan sawah pramaseba di Santen Kelod berbibit empat timbang. Hasil sawah Dawa Higa persembahan ke hadapan para Dewa masing-masing berbibit tiga timbang dan untuk Pajenengan Dalem berbibit dua timbang. Sawah pramaseba untuk biaya upacara persembahan ke hadapan I Dewa Wisesa, Ratu Magelung, Pajenengan Dalem berbibit tiga timbang. Persembahan ke hadapan I Dewa Atu bagian dari hasil sawah bukti di Pacalayan, Kemenuh berbibit enam timbang. Dan sawah pramaseba di Pulo Jelepung berbibit dua timbang. Untuk persembahan I Dewa Paninjoan Trenggana, sawah Mategeh berbibit dua timbang. Untuk I Dewa Buncing hasil sawah di Walulang berbibit satu timbang. Persembahan ke hadapan Batara Maspahit dengan ketentuan sampai dengan Pajenengan Dalem, hasil sawah Gumatah berbibit tiga timbang.

Halaman 12a

Lagi ada persembahan Dalem untuk biaya rangkaian upacara pangodalan di Kehen, di Panggungan sampai dengan Pajenengan Dalem hasil sawah Pajeg Lalima berbibit delapan timbang. Dan persembahan ke hadapan I Dewa Manik Makentel, I Dewa Mas Malilit, terutama di Sanggar Agung sawah pramaseba di Sukawana berbibit empat timbang. Persembahan Dalem ke hadapan I Dewa Dangin Kreteg setiap bulan Nopember (Posya) diselenggarakan oleh rakyat desa Selat dengan biaya hasil pajak sawah di Mesan berbibit dua tenah. Laba untuk I Dewa Pangubengan hasil dari bagi hasil sawah di Pugung berbibit lima timbang. Tanah laba I Dewa Pasek Baledan termasuk yang mempunyai kewajiban untuk mengerjakan dan menyelenggarakan upacara pengodalan I Dewa Bukit. Apabila rusak palinggih I Dewa Bukit, dikenakan uang 1700 dan beras pilihan yang berwarna merah sebanyak 50 c3;u. pajak dari tanah bukti pramaseba berbibit 10 tenah dan pajak tanah Madesa berbibit 16 tenah dan biaya makan dan minum semua pekerja.

Halaman 12b

Persembahan raja ke hadapan I Dewa Atu berupa sawah di desa Macetra yang terletak di Asni berbibit 2 tenah di Bengkel berbibit 10 tenah. Persembahan raja ke hadapan I Dewa Rabut Pradah berupa pajak tanah bukti di Lod Bukit Antap dan tanah pramaseba berbibit 31/2 tenah. Demikianlah persembahan raja ke hadapan I Dewa Ratu Kidul hasil tegal dan sawah di desa Muncan yang terletak di Bebekcabe berbibit 2 tenah Auman wetan berbibit 5 tenah. Dan pesangon para muda yang berkewajiban membawa umbul-umbul, hasil sawah di Auman Wetan berbibit 5 tenah, tanah sawah yang di Teba Kulon berbibit 4 tenah. Biaya untuk bunyi-bunyian semua pura di Besakih hasil sawah di Pedengdengan Beten berbibit 10 tenah. Tanah sawah yang di Bukit Ungguh masing-masing pura mendapat sawah berbibit 1 tenah.

Halaman 13a

Semua penggarap sawah di subak Bukihan berkewajiban memikul/membawa sesajen dan hasil sawah untuk keperluan upacara I Dewa Atu di Besakih, hasil sawah di subak Ubung berbibit 10 tenah sampai kepada penggarap di subak Kenabedil. Ada lagi persembahan I Dewa Atu sawah di Kasur Sari dan Duhuring Pangalapan berbibit 8 tenah. Persembahan raja untuk pembiayaan upacara di Besakih hasil sawah di Kinang berbibit 21/2 tenah, Tikbatu berbibit 2 tenah, Benyah berbibit 11/2; tenah. Persembahan raja ke hadapan para Dewa di pura Dewa di pura Batumadeg dan Basukihan hasil sawah desa Tabola yang terletak di subak Cangga berbibit 10 tenah. Persembahan raja ke hadapan Batara Pajenengan dan Gunung Agung hasil sawah di desa Klungah di subak Basukihan berbibit 11 tenah yang dikelola oleh Sedahan Dalem termasuk sawah-sawah di desa Tangkup yang terletak di subak Umajero berbibit 4 tenah. Sawah di subak Bugbugan. Lod Umah, Kubon Kutuh di desa Tohjiwa berbibit 7 tenah.

Halaman 13b

ltulah persembahan raja untuk pura Dangin Kreteg dan Kiduling Kreteg. Persembahan raja untuk Pajenengan hasil sawah di subak Kalang berbibit 2 tenah. Persembahan raja ke hadapan I Dewa Rabut Phala sawah di Batu Agung Jelantik berbibit 4 tenah dan di Batu Mangecek berbibit 4 tenah Lagi persembahan raja sawah di desa Tusan yang terletak di subak Jati Heling berbibit 2 tenah, Ketekan Aji berbibit 3 tenah. Termasuk untuk jamuan. Di desa Nyalian terletak di subak Dana berbibit 4 tenah untuk biaya Batara Turun Kabeh di Penataran Agung dan biaya makan para pengiring. Desa Muncan, Susut, Yeha, Pejeng, Tampelan diwajibkan mempersembahkan: gula, atep, umbi-umbian dan buah-buahan.

Halaman 14a

Hasil dari Duda sampai Henteran, Macang, Babalang dan hasil tegal Payasan, pegunungan Lebih serta anggota masyarakatnya merupakan persembahan raja ke hadapan Batara Pajenengan Dalem. Sukalewih, Pedeng, Galah, Sikuan, Pranasih semua itu berjumlah 1515 merupakan abdi Batara. Ini patut diingatkan pangodalan I Dewa Mas Malekah pada hari Kamis Wage wuku Sungsang dengan sesajen seperti berikut; kreti sedandanan, guru panggung winangun urip, bawi ji ampin beserta cacahan agung, iwak wawo, serta lis thiti masa, genap serantasan serta gending. Dan lagi upacaranya pada hari yang sama seperti yang sudah-sudah dengan upakara; pisang kembang jati, guling belibis (itik) sedandanan, cacaya berdaging babi, beserta sesayut, 5 pajeg, sesayut pangodalan 7 pajeg. Demikian upakara upacara persembahan raja ke hadapan I Dewa Mas Malekah. Persembahan ini juga diikuti oleh orang-orang sekitar Besakih terus sampai ke Temukus. Peristiwa ini supaya tetap dilaksanakan dan ditaati di bawah pimpinan Sedahan Dalem di Besakih.

Halaman 14b

Demikian pula persembahan raja berupa hasil sawah milik raja yang terletak di Bungaya supaya langsung dibawa ke Gunung Agung (Besakih) berbibit 5 tenah dan patut diingat dan harus sampai pada upacara odalan dua kali dalam setahun. Masyarakat Tenganan berkewajiban membayar upeti dari hasil tanah sawah dan tegalan sesuai dengan perhitungan luas tanah dan kain geringsing. Persembahan raja ini supaya diterima oleh Panyarikan Dalem sebagai persembahan ke hadapan I Dewa Pusering Rat, Batara Wisnu, Batara Brahma, Batara Surya, Batara Wulan, I Dewa Manik Angkeran, I Dewa Tulus Dewa, Ini persembahan raja yang patut dihormati dan ditaati. Sedahan Dalem bernama I Prejo hendaknya ingat akan kewajiban mengamankan dan mengatur persembahan raja di sebelah barat Besakih sampai ke sebelah utara di kaki Gunung Agung sampai pesisir, batas baratnya sampai di Pangootan. Ini merupakan persembahan raja kepada pura-pura di Besakih berupa kacang-kacangan dan buah-buahan. Hal ini supaya diingat oleh Ki Prejo untuk selama lamanya. Ong Mastu Bhyonamah. Ini kesimpulan raja sebagai perwujudan ketulusan hati ke hadapan para Dewa.

Halaman 15a

Kamis Pon wuku Wayang hari kedelapan paruh bulan terang September, saya Arya Kapakisan raja Bali mulai menetapkan ketentuan tentang pura Besakih setelah bermusyawarah dengan Arya Kanuruhan, Kenceng, Dalancang, Belog, Waringin. Sira Wang Bang mendukung keputusan raja dan akan bakti ikut serta memelihara bangunan suci persemayaman I Dewa Bangun Sakti, Manik Mas, persemayaman Sang Ananta Boga yang bernama Padma Sapta Bumi serta pesuciannya di Sindhu Tunggang. Persemayaman Batara Sapta Akasa atau Sang Naga Basukih berupa meru bertingkat 7 di pura Pengubengan dan di sana ada mata air yang disebut Tirta Amerta Urip. Persemayaman I Dewa Rabut Phala di pura Kiduling Kreteg meru bertingkat 11, juga disebut persemayaman Batara Brahma. Persemayaman I Dewa Wisesa Selemadeg / Batara Wisnu meru bertingkat 11. Persemayaman I Dewa Wisesa / Batara Raditya meru bertingkat 11. Persemayaman I Dewa Maospahit / Batara Candra meru bertingkat 11.

Halaman 15b

Persemayaman Batara Siwa Nyatur Muka / Batara Guru meru bertingkat 11. Batara Guru menunggal dengan Batara Bukit dan Batara yang menguasai dunia. Ini yang dipuja dan disembah oleh raja sampai dengan persemayaman Sang Taksaka/Batara Kwera yang disebut Luhuring Akasa sebagai penjaga kestabilan dunia. Stana I Dewa Manik Makentel / Batara Rabut Sedana meru bertingkat 11. Stana I Dewa Basa manifestasi Sang Hyang Tapapita yang menciptakan tempat suci dan air suci dunia, meru bertingkat 9. Dan demikian ini lagi kewajiban raja ke hadapan para Dewa untuk seterusnya supaya memelihara dan memperbaiki semua pura dan Taman-tamannya serta 'upacaranya tanpa kecuali semua mengikuti raja berdatang sembah terutama orang-orang yang mendapat kedudukan Pangeran, para pendeta dan balian. Piagam ini patut dipegang dan ditaati teguh-teguh. Dalam pelaksanaannya mempergunakan hasil; tegalan dan sawah di desa-desa yang menjadi laba pura Besakih.

Halaman 16a

Ini persembahan raja Bali untuk Batara di Penataran Agung diterima oleh Sedahan Ler yang bernama Ki Prejo dan supaya disimpan di Penataran serta dibuatkan bangunan suci tempat membuat sesajen persembahan raja Bali. Termasuk juga Ki Panyuruhan yang berkedudukan di Selat yang bertugas memegang hasil laba pura Besakih dan harus menyetornya dua kali, setiap enam bulan yaitu setiap hari Jumat Kliwon Sungsang dan Minggu Wage Wayang. Upacara yang diselenggarakan oleh Wang Bang yang merupakan awal persembahan raja Bali pada bulan Juli. Masyarakat desa di sebelah timur sungai Telagadwaja patut mempersembahkan beras putih beserta buah-buahan sesuai dengan ketentuan yang telah diwajibkan supaya dibawa bersama-sama diserahkan kepada Sedahan Ler untuk upacara Batara di Gunung Agung / Besakih pada bulan Agustus. Anglurah Mangku di Besakih berkewajiban menyelenggarakan upacara persembahyangan di pura Gelap dengan kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya. Pada bulan September raja Bali bersama Panyarikan dan para pendeta berkewajiban menyelenggarakan kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya persembahan ke hadapan I Dewa Penyarikan.

Halaman 16b

Pada bulan Oktober (Kartika) Anglurah Agung bersama warga Pasek menyelenggarakan kurban kerbau hitam beserta sesajen secukupnya dan gelar sanga yang dipersembahkan ke hadapan I Dewa Pasek. Pada bulan Nopember (Margasira) raja dan masyarakat di sebelah barat sungai Jinah menyelenggarakan kurban kerbau hitam ke hadapan Batara di pura Batumadeg. Pada bulan Desember (Posya) raja Bali berkewajiban menyelenggarakan upacara kurban kerbau hitam dan sesajen secukupnya bersama masyarakat di wilayah Liladnyana supaya mempersembahkan buah-buahan dan umbi-umbian untuk upakara persembahan ke hadapan Batara di Besakih. Semua area Dewa disucikan ke pantai/mata air pada bulan mati (tilem) Desember (Posya). Raja Bali juga menyelenggarakan upacara odalan di pura Dalem Puri dengan sesajen sesayut agung, sajen secukupnya dan babi seharga satu ampin sesuai dengan ketentuan upacara Batari Durga (Batara Kidul). Pada bulan Januari (Magha) raja Bali berkewajiban menyelenggarakan upacara odalan di pura Besakih dengan sesajen secukupnya dan babi seharga 900 kepeng serta sajen perlengkapannya.

Halaman 17a

Pada bulan Pebruari (Palguna) hendaknya masyarakat Besakih menyelenggarakan upacara dengan sesajen secukupnya dipersembahkan ke hadapan Dewa Panghulu. Pada bulan Maret (Cetra) seluruh masyarakat desa Besakih di setiap banjar ngusaba membuat sesajen nasi takil sebagai persembahan ke hadapan Dewa di Balai Panggungan dan nasi cacahan secukupnya winangun urip. Pada bulan April (Watseka) hendaknya Pemangku bersama raja mengiring arca Dewa malasti ke pantai Klotok dengan sesajen beralaskan kulit kerbau yos brana serta dimeriahkan oleh seluruh masyarakat Bali. Ki Sedahan supaya mengingatkan persembahan masing-masing desa yang menjadi kewajibannya. Ki Sedahan Ler menimbang pajak bukti yang akan dipergunakan upakara persembahan ke hadapan I Dewa Bukit Tengen. Ki Sedahan Geriana mempersembahkan upacara ke hadapan I Dewa Bukit Kiwa. Ki Sedahan Pesaren mempersembahkan upacara odalan ke hadapan I Dewa Ratu Magelung dengan sajen, suci petak, busana selengkapnya, Komara Ghana Komara Sidhi.

Halaman 17b

Ki Sedahan Ler mendapat bukti 220 timbang, Ki Sedahan Pesaren 100 timbang, Ki Sedahan Geriana 100 timbang, Ki Sedahan Badung yang menyelenggarakan upacara pangodal I Dewa Wasesa mendapat 100 timbang, hasil sawah yang terletak di Kondur Kodok di sebelah barat Sewaka, Pidikan, Rarempe. Ki Pasiwer di Duda menyelenggarakan upacara odalan I Dewa Maospahit dan Pajenengan Dalem. Biaya upacaranya hasil sawah dan pegunungan Geriana seharga 550 ditambah dengan hasil tegalan Tutuban. Penyelenggaraannya dua kali dalam 7 bulan yaitu pada hari Sabtu Kliwon wuku Sungsang di Pajenengan Dalem dan pada hari Kamis Wage wuku Sungsang untuk I Dewa Maospahit. Ini harus diterimakan kepada Sedahan Dalem. Ki Sedahan Bancingah memegang sawah bukti yang terletak di Bunteh berbibit 2 tenah. Ia wajib menyerahkan beras 100 timbang untuk biaya upacara persembahan ke hadapan I Dewa Manik Makentel.

Halaman 18a

Ki Sedahan Tastasan memegang sawah bukti 2 tenah yang terletak di Mesan. Ia wajib menyerahkan beras 100 timbang untuk upacara persembahan ke hadapan I Dewa Bukit Rabut Phala. Semua hasil laba pura diterimakan kepada Ki Prejo dan Ki Sedahan Jero Ler. Kewajiban yang patut dipenuhi oleh Ki Pasek Kembawon dan Pasek Nengah yang dipercayakan untuk memimpin daerah pegunungan yaitu: desa Sukalewih, Gunung Galah, Sikuan, Pranasuka. Desa Sukalewih dikenakan uang 2000 kepeng. Gunung Galah 1000 kepeng. Rarisitem dan masyarakat desa Tuminghal dikenakan pajak berupa uang 4000 kepeng, desa Sikuan 700 kepeng. Pranasuka 500 kepeng. supaya dikumpulkan oleh Pasek Sitem dan lanjut menyerahkan kepada Sedahan Dalem ditambah bawang putih 1200 biji. Desa Sikuan 700 biji, desa Pranasuka dikenakan bawang merah 8 ikat, desa Sukalewih juga dikenakan kulit melinjo seberat uang kepeng 10.000.

Halaman 18b

Di samping itu juga diwajibkan membantu dan menjaga pura Besakih terutama sekali sebagai tenaga kerja di pura Besakih. Ini milik Delta tidak boleh dimiliki sendiri. Ini peleburan segala bencana dan malapetaka dengan sesajen: tumpeng 1 buah berlauk terasi merah, bawang jahe. beras 1 takaran (1 kulak), benang 1 tukal, uang kepeng 225, segau, tepung tawar. Lis dari daun kelapa muda. Menteranya: Oh Sang Kala Purwa, Sang Kala Sakti, Sang Kala Braja, Sang Kala Ngulaleng, Sang Kala Tamba Petra. Sang Kala Suksma, jangan sembarangan menyusup merasuki. Jangan sembarangan mengganggu, ini hidangan santapanmu tumpeng dan terasi beserta bawang jahe, makanlah! Setelah itu silakan pergi! Bila kurang suguhan ini, pergilah ke Pasar Agung, ini uang 225 kepeng, benang 1 tukal. pergunakan untuk berbelanja di Pasar Agung. Berikan anak dan istrimu serta cucu, jangan kemari lagi, marilah bersama saling menjaga dan semoga sama-sama berhasil. Sajen ini hendaknya lengkap.

Halaman 19a

Ini penebusan para Pemangku yang sudah suci. Perincian kurbannya: ayam 5 ekor, babi guling 1, tulung urip. itik 2 ekor, Us 2, anjing bang bungkem, uang 500 kepeng, kain seperangkat, penek gurih, untek 16 buah, peras putih kuning, pisang kembang, pisang jati dan perlengkapan kurban secukupnya. Kurban yang di halaman berupa: angsa dan kepala sapi yang dibuat dari tepung 3 warna (merah, putih, hitam). Tata cara mencampur kurban / caru seperti yang sudah-sudah. Sesuai tingkatannya. kecil (nista), sedang (madya), besar (utama) dari kurban menurut kemampuan atau kehendak. Ini upacara penebusan kepada semua yang menyebabkan bencana: Kurban yang disebut Eka Dasa Rudra yaitu kurban untuk semua Bhuta Kala di Bali. Kurban/caru di desa-desa terdiri dari ; tulung banyaknya 11, panyeneng, uang 200 kepeng, benang 1 tukal, peras ing tapi, kumaligi, isuh-isuh, tepung tawar, kumba agung banyaknya 9, beserta tempatnya dan diisi dengan air kelapa muda (ririhan) jayanti jayamandala, sirih dan pinang, buah-buahan.

Halaman 19b

Maksudnya untuk menghilangkan bahaya dan bencana desa serta yang memimpinnya. Ingatkan membuat sanggar tawang seperti yang sudah-sudah. Ini kurban Manca Balikrama. Menjadi kewajiban dan tanggungjawab raja. Dilaksanakan setiap pergantian bilangan puluhan tahun Saka di Penataran Agung Besakih. Sesudah di Pura Besakih, di Bancingah Agung. Kalau tidak demikian di Pasar Agung. Setelah dilaksanakan terlebih dahulu di desa-desa dengan kurban yang kecil (nista), sedang (madya) dan besar (utama). Kurban utama di halaman terdiri dari: harimau, menjangan, banteng, kidang, bagukan. kera hitam, kerbau merah. kerbau hitam, kambing, angsa, belibis (itik liar), ayam. Pada halaman dibuat gambar Yama Raja. Yang utama binatang berkaki empat belang pada lehernya disesuaikan dengan nilai penjuru bumi. Semua itu dagingnya dicincang dijadikan lauk-pauk dan kulitnya direntangkan, dijadikan dua tamas berisi lauk daging yang dicincang, lauk karangan yang lengkap 1, sate calon masing-masing 45, sate kambing 40, sate dan adonan itik ayam masing-masing 20 sesuai dengan yang sudah-sudah. Posadi sebanyak 9 buah, sesuai dengan warna dan neptu (nilai).

Halaman 20a

Kumaligi. jangan sakawali, balung gegending (tulang lutut kaki belakang), sate sahuyung. calon sahuyung dalam panai, tumpeng 2 buah, ayam wiring (berbulu merah) dipanggang, bunga, kera hitam, nasi tamasan injin (beras hitam). Kurban/caru di bawah (sor): ikan sungai binatang sawah yang masih hidup, ayam hitam sumalulung winangun urip, nasi merah dan putih, sate calon ditempatkan sesuai dengan warna, sengkowi di kiri kanan 2, macan beserta sate 27, menjangan beserta sate 111.sajen di bawah Yama Raja pabangkit banyaknya 1, pajeg manca warna (lima warna). Mapanyeneng sesuai dengan warna, ayam 5, buda, mapagu, berisi tumpeng dengan lauk sate calon masing-masing 1, berisi sampian naga sari, sirih, uang 25 kepeng, masing-masing berisi cau renteng sesuai dengan warna, terutama urab bang dan urab putih beserta sesantun sesuai dengan neptu, bayang-bayang kerbau merah, hitam yang dipolakan seperti hidup, berisi sengkowi 2, nasi tumpeng dari beras hitam/injin, beralaskan daun biah (sejenis talas). nasi berwarna beralaskan daun talujungan, panggungan 5 berumbai-rumbai sesuai dengan warna, jawung-jawung berbentuk senjata,

Halaman 20b

sanggah cucuk banyaknya 5, berubag-abig, sesuai dengan warna. Andudu, peji, pohon pisang yang berbuah beserta jantungnya. tebu, pinang setandan, sirih sagulung, nira sebrerong. arak dan berem masing-masing setempurung kelapa, tegen-tegenan umbi-umbian dan buah-buahan, tongkat pemukul dari kayu canging. Kelima panggungan itu masing-masing berisi pabangkit satu dandanan dan gelar sanga sesuai dengan tempat/bumi diisi uang 1700 kepeng dan perlengkapannya secukupnya, peras. benang setukal, uang 227, daging kumaligi, beras terkenal di sebelas desa, 11 macam air, uang 100, benang setukal. Bersanggar tawang berpetak tiga, bersajen suci, catur berisi lingga ditempatkan di Sanggar Tawang empat dandanan, guling itik 4, lada beserta catur 3 buah. saput catur sebanyak 4 kuub.
Halaman 21a

Di panggungan di depan pendeta memuja, pada stana para Dewa masing-masing dipersembahkan sajen suci sedandanan terutama sesantun. Diiringi gambelan dan tari-tarian sakral selengkapnya. Semua para Arya bersembahyang ke hadapan Batara Nawa Sanga Pahalanya bumi Bali akan subur dan makmur tidak ada mara bahaya. Ini kurban/caru bumi. Yang memimpin/mengantar upacara: Pendeta Siwa. Buda. Sengguhu, Dukuh, Resi Sewa Soghata di dalam memuja mengantar upacara menghadapi: periuk kecil yang belum pernah dipakai 25, diikat dengan benang sesuai dengan warna. periuk besar/pangedangan 5, panai besar yang baru 5, yang kecil 10, kukusan yang baru 5, panai kecil 5, nyiru 15, kipas 6, beras tapisan 5 kantung, uang 500 kepeng, di tengah-tengah sekarura, kawangen secukupnya, tabuh-tabuhan dan tarian sakral. Selesai. Kurban caru di perbatasan desa: daging banteng yang dicincang ditaruh dengan teratur di atas 3 helai daun pepaya, sengkowi 11, nasi tamasan 2 tamas, ulam karangan 5 karang, nasi bakulan 5 bakul, nira 1 umbeh dan uang kepeng 2000, kain secukupnya, anjing bang bungkem dipolakan seperti hidup, cacahan 9 tanding, nira 1 umbeh/brerong. ayam hitam sumalulung 2 ekor, tumpeng merah dan hitam 2 buah, nasi berlauk daging pecel babi hutan, tuak setempurung kelapa ; pahalanya bahagia dan selalu berniat baik. Ini tata cara kurban/caru pada waktu bumi tidak tenteram, supaya ditaati oleh seluruh masyarakat.

Halaman 21b

Sajen Panihis mehyu di pura Besakih Dangin Kreteg, permulaannya mempersembahkan guling itik, sajen sedandanan, rantasan (kain secukupnya), beras acatu mujung (2 kilogram), itik dan ayam yang masih hidup, tegen-tegenan umbi-umbian dan buah-buahan secukupnya. Persembahan ke hadapan I Dewa Manik Mas. Lagi persembahan ke hadapan I Dewa Tirta; guling itik putih, kain putih secukupnya. sajen dandanan, panai yang masih baru, itik putih, ayam putih secukupnya untuk persembahan di Tirta. Bila persemayaman Batara yang ditihis setiap palinggih bertikar baru berkasur putih, bantal cecanden putih, maleluhur putih, pulu sebanyak 3 buah, pasukulan sebanyak 1, pasepan banyaknya 1, pabebeh banyaknya 1, bertali suntagi berhorti katemu.

Halaman 22a

Disertai pebangkit 1 pajeg adandanan. bertumpeng galahan banyaknya 20. bertumpeng talompok genap, berguling itik 1, guling babi I, babi yang dicincang 1 dibuat gelar sanga. Kerbau seekor dipola seperti hidup. kumaligi adandanan periuk yang masih baru dan panai baru, beras acatu mujung (2 kilogram) benang setukal, uang 227 sebagai isi panai, lagi uang kojong kumaligi 75. Sajen sedandanan, guling itik, mapras. selengkapnya. Selesai. Ini kurban pabalik sumpah di Penataran Agung dan di Bancingah Agung sewilayah Dalem. Diawali Dewa Alis mempersembahkan upacara permohonan ampun ke hadapan Batara dengan sesajen 11 dandanan, perinciannya sebagai berikut: guling itik I, ayam 2, ketupat satu kelan, bulayag 1 kelan, tulung nasi tandingan 11 landing menjadi satu tempat, tumpeng 5 buah, beserta peras, jati kembang, guru jambal samah,

Halaman 22b

jejaturan. sedah tubungan, tadah sukla, burat wangi, panghulap, tehenan gunjangan, rantasan, tegen-tegenan, serta itik, ayam hidup, beras dalam bakul, uang 1000, sirih dan pinang bancangan. kacang komak, sudang taluh. Ini upacara permohonan ampun yang utama. Yang sedang (madia) 9 dandanan, yang kecil (nista) 7 dandanan, yang terkecil (nistaning nista) 5 dandanan, sesuai kemampuan banyaknya 3. Ini upacara kurban permohonan ampun yang mempunyai kerja. Ini perihal Bhuta Pada bulan Juli (Kasa) Bhuta Taruna (diundang) kurbannya: anjing bang bungkem, ayam berbulu putih berkaki kuning. Kurban dilaksanakan di ujung jalan. Pada bulan Agustus (Karo), Bhuta Pitung Lek diundang, kurbannya benjit pelen, kukuluban, gangan rangin, sambal jahe, kurban dilaksanakan di pertengahan jalan. Pada bulan September (Katiga), Bhuta Pulung diundang, kurbannya: ayam berbulu merah kakinya berwarna kuning, liwet kacang, jangan kulub ranti, sambal, pelas, kurban dilaksanakan di ujung selatan jalan. Pada bulan Oktober (Kapat). Bhuta Lingga diundang, kurbannya: babi langkang gading, sambat caru, ayam putih keabuan, pupula sakadaton, kurban dilaksanakan di jalan besar.

Halaman 23a

Pada bulan Nopember (Kalima), Bhuta Bayuha diundang, kurbannya babi cunduk, liwet kacang, ukem-ukem ayam, pisang, disertai umbut diurab, sambel mayoye. sayur daun dedap yang direbus, kurban dilaksanakan di tengah-tengah. Pada bulan Desember (Kanem) Bhuta rowelas diundang, kurbannya: ayam dipanggang, serah wungkulan, wuwu lasasan, dilaksanakan di jalan ke kuburan. Pada bulan Januari (Kapitu), Bhuta Akasa diundang, kurbannya: babi belang kalung, ayam cintamani, kukumbu kacang, sambal, pelas, dilaksanakan di ujung timur jalan tanpa sanggar. Pada bulan Pebruari (Kawulu), Bhuta Kala Sakti diundang, kurbannya: ukem-ukem dibuat dari ayam hitam, liwet kacang, gedang, sinameni, sayur asam bayam, sambal lawos, pelaksanaannya di persimpangan jalan. Pada bulan Maret (Kasanga), Bhuta awang-awang diundang,

Halaman 23b

Kurbannya: anjing putih, ayam dipanggang, sayur asam bayam, sambal berisi kemiri, dilaksanakan di ujung utara. Pada bulan April (Kadasa) Batara Durga Dewi diundang, kurbannya: gumpalan daging mentah dan masak. darah 1 limas, bawang jahe, ayam panggang yang tidak dibalik (matang sebelah), liwet kacang, disertai kukutis ayam. dilaksanakan di tengah jalan dengan puja mentera. Pada bulan Mei (Jyesta) Bhuta Misali diundang, kurbannya: ikan laut, gumpalan ulam pajagalan mentah dan masak, pisang kembang wangi, sanggar bertiang satu, dilaksanakan di jalan yang di timur. Pada bulan Juni (Asada) Bhuta Durga Dewi diundang, kurbannya: ayam hitam dipolakan seperti hidup, pecal daging ayam putih. tumpeng berpuncak telur, berisi gegodoh tumpi, dilaksanakan di barat daya. Ini perihal Bhuta, kurban di Penataran Agung menurut bulan. Selesai.

Halaman 24a

Raja berhasil selama hidup, makmur semua murah. Peringatan tentang kewajiban menyerahkan hasil sawah bagi yang memegang laba pura Besakih untuk biaya pangusabayan. Pada usaba Srawana (Juli) upacara ke hadapan Pangakan Bukit: mengadu telur, babi pacah 1, pajuwit 1, untuk di panggungan guling 1. Pada usaba Bhadrawada (Agustus), upacara pemujaan ke hadapan Batara di Batan Angsoka: babi pajuwit banyaknya 1, kerbau putih I, Pada usaba Asuji (September), upacara pemujaan ke hadapan Pangakan. Manik Kentel panggungan dari semua Pemangku. Upacara pemujaan Pengakan Penyarikan, itik 1 ekor yang dikeluarkan oleh desa Takedan. Pada usaba Kartika (Oktober), upacara pemujaan ke hadapan Pangakan Panghulu. Babi dicincang I, babi kecil pajuwit 1. Pada usaba Margasira (Nopember), manelahin mabuluh, babi dicincang 1.

Halaman 24b

Pada usaba Posya (Desember), Bhatara Turun Kabeh: 39 babi pinudhukan dicincang 2, pajuwit 1, babi guling 1, kerbau hitam 1. Pada saat bulan gelap (Tilem) upacara di Melmanyema, babi dicincang 2, babi guling 1, patabwan, daging babi seharga 100,daging banteng, kambing. Pada usaba Magha (Januari), upacara pemujaan Pangakan Ratu Kidul: menjamu penjudi, babi yang dicincang 1, guling 1 sebagai isi panggungan. Panggungan dari desa. Pada usaba Palguna upacara pemujaan Pangakan Pasek: babi dicincang I, itik dikeluarkan oleh desa Takedan, babi guling 1. Pada usaba Cetra (Pebruari) upacara pemujaan Pangakan Panulisan: pajuwit itik 1, nasi takilan yang dikeluarkan oleh desa Takedan. Pada usaba Waisaka (Maret) upacara Batara Turun Kabeh: pinudukan babi yang dicincang 1, pabulalangan 1, kerbau hitam persembahan Dalem 3 ekor, kerbau putih 2 ekor. Pada Sugihmanik upacara pemujaan Pangakan Maospahit, babi 1.

Halaman 25a

Pada Panampahan Galungan upacara pemujaan Pangakan Menek Kangin: babi I. Di Cambah babi 2. Pemujaan khusus para Dewa pada hari, Selasa Kliwon, Rabu Kliwon, Sabtu Keliwon dan tamu desa dari luar desa dan utusan Dalem, utusan para Gusti dan semua penguasa desa yang datang menerima suguhan. Dan bila malis ke sungai, babi pabhidukan dicincang 1, kerbau hitam 2, kerbau putih 1 dikuliti, babi 1. Peringatan untuk masyarakat desa yang berkewajiban mengusung usungan Dewa. Banjar Penataran berkewajiban mengusung 2 yaitu: Pangakan Atu dan Pangakan Manik Makentel. Banjar Watumadeg 2 yaitu: Pangakan Watumadeg dan Pangakan Manik Api. Masyarakat Padang Bujuh 2 yaitu: Pangakan Bagus Botoh dan Pangakan Manik Bungkah. Masyarakat Kayu Selem 1 yaitu ; Pangakan Buncing. Banjar Dangin Kreteg 3 yaitu: semua Dewa di Dangin Kreteg. Banjar Basukihan I yaitu: Pangakan Bagus Wisesa. Masyarakat Kumukus 1 yaitu: Pangakan Basukihan.

Halaman 25b

Banjar Banwa 2 yaitu: Pangeran Tegal Besung dan Pangeran Dimade. Banjar Kelod I yaitu: Pangakan di Batur. Banjar Nangka 3 yaitu: Pangakan Panganten, Pangakan Watu Enggong, Pangakan Manginte. Banjar Galihyang 2 yaitu: Pangakan Anyar, Sang Hyang Penataran. Masyarakat Badheg 1 yaitu: Pangakan Maospahit. Masyarakat Sasana I yaitu: Pangakan Bekung. Masyarakat Watusesa I yaitu: Pangakan Swarga. Masyarakat Pangakan Den Bancingah 2 yaitu: Pangakan Bakas dan Pangakan Tambesi. Dan bila para Dewa diusung ke luar, masyarakat desa dan banjar yang tidak mengusung usungan Dewa, dikenakan denda 20.000 bila tanpa ijin dan didenda 5.500 kalau minta ijin. Dan bila ada masyarakat yang terlambat mengusung usungan Dewa dan sudah melewati batas desa, masyarakat yang demikian itu didenda sebanyak 1000 kepeng. Akan tetapi denda yang sebesar 1000 kepeng itu harus dibayar pada hari itu juga.

Halaman 26a

Dan apabila Batara sedang diiring bercengkrama lalu ditinggalkan pulang ke desanya oleh yang mengusung Dewa itu, mereka yang demikian itu ' didenda sebanyak 1000 kepeng. Dan babi pabidhukan dagingnya dibagi tiga, sepertiga untuk beliau yang di timur dan dua pertiga untuk desa. Jumlah persembahan masyarakat desa Yeh Bias ke hadapan Batara di Besakih pada usaba Waisaka ;babi besar 1 seharga 3000 kepeng, beras 40 catu, babi\ panggang 1 dan barang bawaan lainnya sesuai dengan kewajiban yang sudah-sudah. Jumlah beras dari Selat pada waktu usaba Posya; 40 catu, babi 1, beras itu dibagi tiga. Sepertiga untuk beliau yang di timur, untuk desa Besakih sepertiga dan untuk Pemangku Dangin Kreteg sepertiga. Dan daging babi dibagi enam dibagikan kepada semua Pemangku. Untuk bahu sebanyak 2 bagian di Bahan, juru pembawa perintah (juru arah) 2 bagian, beliau yang di timur 1 bagian dan sebagian lagi untuk Pemangku Dangin Kreteg dan masyarakat Selat, juga untuk banjar Dangin Kreteg.

Halaman 26b

Peringatan pemberian kepada desa Tusan: bawang 6 tigeh, belandingan 20 ikat, gaplek 20 catu bertempat dalam bakul baru 2 buah, yang dikeluarkan oleh orang-orang Galihyang. Desa Nangka mengeluarkan gula 2 toros, desa Kamukus mengeluarkan dasun dua tenah, masyarakat Besakih, junggul sebanyak 2 pikul, Yang dikeluarkan oleh Desa Tusan. Kalau malis ke laut, kerbau hitam I, babi kecil 1, itik 1, ayam 10, beras 200 catu. Bila Dewa malis ke sungai: kerbau hitam 1, babi kecil 5, itik 5, ayam 10, beras 100 catu. Semua yang dikeluarkan oleh Desa Tusan, pimpinan masyarakat bagian Timur desa Tusan, guling I, pajuwit 1, tumpeng itik 1, tumpeng ayam 4, guru 1, pulut 1 catu, kain seperangkat.

Halaman 27a

Tambahan yang dikeluarkan desa Tusan: tumpeng guling 2, tumpeng itik 1, tumpeng ayam 2. ketupat 12, telur 2, babi guling 1, pajuwit, kue kukus pulut dan injin, pisang kembang. Itik dan ayam dikeluarkan dari desa Takedan. Beras dipakai macacaya yang dikeluarkan oleh masyarakat desa Tusan, juga babi, itik dan ayam. Bila Dewa malis ke Tusan: babi guling 1, babi pajuwit, ini dari Desa Tusan. Jika usaba malis ke sungai: pajuwit itik 7, yang berkewajiban membuat panggungan di Penataran bila usaba dane Dauh Patandakan 2 buah serta panggungan untuk menyongsong Batara. I Dewa Manik Makentel oleh Desa Geriana, I Dewa Lod Peken oleh Sedahan Badung, I Dewa Maospahit oleh Sedahan Pikandel.

Halaman 27b

I Dewa Atu oleh Sedahan Ler, I Dewa Bagus Wisesa oleh Sedahan Subagan, I Dewa Bukit oleh Sedahan Beji, di Batumadeg oleh Sedahan Pesaren, Mi Sedahan Tastasan, Ni Sedahan Taran. Di Dangin Kreteg oleh Sedahan Pikandel. Peringatan tentang ketentuan masyarakat desa Kawubakal, Sasana, Nyanggelan untuk mempersembahkan apa yang menjadi kewajibannya ke Besakih. Sepatutnya taat. Jika tidak taat kepada bunyi piagam dikenakan denda sebesar 1600. Hari kedelapan rah 0, tenggek 6. Peringatan bagi yang mempunyai tugas mengatapi balai pendopo di Penataran, bagian atas yang sebelah timur, banjar Basukihan, di bawahnya banjar Nangka, di atas bagian utara, banjar Watumadeg, di bawahnya banjar Penataran. Di atas bagian barat banjar Galihyang, di bawahnya banjar Dangin Kreteg, di atas bagian selatan banjar Kelod, di bawahnya banjar Banwa.

Halaman 28a

Pajak persembahan dari banjar Galihyang: uang 1000, bawang 10 tigeh, gaplek 10 catu, paketus, sayur-sayuran dari nangka, abutan bawang dari Badheg 7 ikat. Peringatan pada waktu Dewa turun Kajeng; patut berkumpul hari itu. Pada hari Pasah dipersembahkan sajen di Penataran. Sekarang diingatkan bila Dewa malis. Sesudah daharan, Dewa ke Keren esok harinya wawayon di Watumadeg, esok harinya di Menek kangin, lalu bersuci dan terus naik, esok harinya di Panganten. Peringatan untuk orang yang mengadu ayam pada usaba Srawana (Juli) ialah orang yang sudah bersuami istri, orang-orang Nangka, Cabulik. Pada usaba Magha semua yang senang mengadu ayam. ayam aduannya siap di tempat arena. Pada Sugihmanik para penghulu yang mengadu ayam. Pada Penampahan Galungan upacara ngebekin di Dangin Kreteg. Pada usaba Waisaka dan usaba Posya putaran mengadu ayam aduan wajib, dan yang keluar bahan-bahan yang diperlukan di Keren: Kawubakal; Nyanggelan, masyarakat desa Sesana keluar nasi 10,

Halaman 28b

tuak satu pikulan dipakai untuk macacaya di Keren. Dagingnya daging kerbau yos brana, dipakai untuk memulai pekerjaan. Masyarakat Nyanggelan lagi keluar beras 20 catu, janur 100 muncuk. Masyarakat Panida keluar babi seharga 2000 kepeng untuk persiapan. beras 20 catu. diterimakan kepada Jero Kebayan.

Selesai


SUMBER : babadbali.com

0 comments:

Powered by IP Address Locator