Buat Anda yang lagi Kebelet SMS namun Pulsa anda sudah nggak mencukupi, nih saya kasih sebuah Alternatif untuk dapat ber SMS dengan Biaya 0 rupiah alias GRATIS tanpa Embel embel apapun.
OK, sedikit saya kasih trik dalam menggunakan SMS gratis ini :
1. masukan no Hp yang akan anda kirimi Pesan pada kolom Nomor HP Tujuan.
2. Silahkan tulis pesan Anda pada kolom SMS Message.
3. Klik tombol Kirim !! maka SMS anda akan dikirim ke nomer Tujuan..
NB :
1. Dalam membuat Pesan hendaknya Anda mencantumkan Nama / Nomer Hp Anda agar orang yang anda kirimi SMS mengetahui bahwa SMS tadi dari Anda karena yang bersangkutan akan menerima SMS dari nomer tertentu.
2. Sebelum menggunakannya silahkan di TEST dulu pada Nomer anda, untuk mengecek apakah SMS Gratis ini masih berlaku atau tidak.
3. Mohon SMS Gratis ini digunakan secara Bijaksana, Tidak untuk Kejahatan, Tidak untuk Teror dan sebagainya.
4. ADMIN tidak bertanggung jawab atas segala penyalahgunaan terhadap SMS Gratis ini.
Oke untuk mengirim SMS silahkan KLIK DISINI
Selengkapnya.....
18.2.11
SMS GRATIS
17.1.11
Keajaiban dalam diri Manusia
Dalam diri manusia terdapat beberapa Keajaiban yang telah dianugrahkan oleh Tuhan, dan dibawah ini adalah beberapa hal yang ternyata dapat digolongkan sebagai Suatu keajaiban yang ada dalam diri Manusia :
1 The Golden Ratio.
Setiap bagian tubuh manusia ternyata merupakan hitungan matematika. Believe it or not, Fibonacci numbers yang kita jumpai di buku Da Vinci Code, ternyata juga ada di tubuh kita sendiri. Bilangan Phi (1:1,61) adalah angka yang akan kita dapatkan setiap kali kita mengukur setiap inci tubuh kita. Coba deh perhatikan ruas jari tangan kita. Ruas kedua dari ujung berukuran 1,618 kali lebih panjang dari ruas terujung, begitu seterusnya. Rumus phi ini juga kita temui di wajah kita. Panjang hidung kita berbanding 1:1,618 dibanding lebar mulut dari ujung ke ujung. Gigi terdepan dengan gigi di sebelahnya juga berukuran 1,1618 kali lebih besar. Inilah yang disebut dengan The Golden Ratio.
Dr. Stephen Marquardt bahkan telah membuat topeng kecantikan berdasarkan golden ratio ini, dan orang yang mempunyai struktur muka paling mendekati topeng ini adalah cewek yang sudah diakui kecantikannya, seperti Ratu Nefertiti. Tapi wajah kita juga bisa cocok ke dalam topeng golden ratio, kok. Soalnya, setiap kali kita tertawa, maka kita akan semakin mendekati ukuran phi tersebut. Makanya, jangan cemberut!
2 Sidik Lidah
Selain sidik jari, ternyata lidah kita juga mempunyai pattern unik yang tidak dimiliki orang lain. Hmm, jangan-jangan di masa depan kita akan bikin paspor dengan sidik lidah, nih.
3 Hidup dan Mati
Saat kita membaca tulisan ini, sebenarnya sedang ada sekitar 50 ribu sel yang mati di dalam tubuh kita. Tapi, di saat yang sama, lahir pula 50 ribu sel baru yang menggantikannya (kecuali di otak, yang tidak bisa menumbuhkan sel baru). Wow, ternyata tubuh kita aktif banget, ya? Di saat yang sama, untuk mencerna isi kalimat ini, pesan tersebut disampaikan ke otak dengan kecepatan mencapai 250 mil per jam!
4 Tempat Tinggal Bakteri
Satu orang manusia mempunyai organisme hidup yang lebih banyak daripada jumlah seluruh manusia di bumi. Soalnya, dalam 1 inci tubuh manusia, ternyata merupakan tempat tinggal bagi kira-kira 32 juta bakteria!
5 Kepanasan atau Kedinginan?
Pernah makan makanan panas dan dingin, kan? Seberapa pun panas atau dinginnya makanan tersebut, tapi lidah kita masih bisa menerimanya, tuh. Hal ini disebabkan karena mulut kita menyesuaikan suhu makanan tersebut menjadi suhu normal, sehingga akhirnya bisa kita telan. Maksudnya, si mulut akan mendinginkan si makanan panas, dan menghangatkan si makanan dingin. Wah, ternyata mulut kita tak ubahnya seperti microwave dan kulkas, nih.
6 Anti Keriput!
Selain bisa menghilangkan stress, ternyata tertawa juga bisa menguatkan sistem kekebalan tubuh, lho. Dan, menurut penelitian, anak-anak tertawa sekitar 300 kali setiap harinya, sementara orang dewasa cuma 15-100 kali saja tertawa. Ck ck ck, apa hidup mereka sedemikian beratnya, ya? Hehehe… Dan, nggak heran juga kalau orang dewasa itu jadi cepat terlihat tua. Soalnya, setiap 2000 kali wajah kita berkerut (misalnya karena kesal atau cemberut), maka muncullah segaris keriput. Makanya, jangan malas tertawa!
7. Kemampuan Memperbaiki Diri
Tubuh kita ternyata tak ubahnya seperti Claire Bennet di serial Heroes yang bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Soalnya, setiap luka kita pasti akan sembuh, dan tubuh kita mempunyai ”keajaiban” untuk membentuk bagian tubuh yang baru. Misalnya, kaki kita terluka karena terantuk batu. Lama-kelamaan, sel-sel di tubuh akan membentuk jaringan daging dan kulit baru untuk menutupi bekas luka tersebut. Namun demikian, ternyata ada satu bagian tubuh yang nggak bisa menyembuhkan dirinya sendiri, yaitu gigi. Kalau gigi kita (orang dewasa) copot, jangan harap akan tumbuh gigi baru.
Sumber : BLOG SITUSLAKA
Selengkapnya.....
13.5.10
Ponsel Pencukur Bulu
Inilah sebuah Ponsel Unik yang bernama "Mobile Phone For Shaving". produk teraneh dan unik ini adalah sebuah Handphone yang menambahkan fitur yang cocok bagi yang memiliki masalah dengan bulu. Sebuah ponsel China memiliki fitur sebagai alat pencukur bulu. Ponsel ini bernama Shave Mobile
Ponsel ini memiliki fitur : layar sentuh 2.6 inci, ditambah memori 506KB, mendukung hingga 8GB kartu microSD, memiliki FM tuner, kamera 2 megapiksel dan mendukung Bluetooth. Cukup lumayan untuk sebuah pencukur listrik.
Harga dari Ponsel ini diperkirakan kurang dari sekitar $ 100.
SUMBER : TECHBLOG
Selengkapnya.....
Ramalan GARIS TANGAN CINTA
Pada umumnya garis cinta adalah garis yang terletak dibawah jari, terbentang di telapak tangan dimulai dari bawah jari kelingking menuju ke arah bawah jari telunjuk.
Ramalan Garis Cinta (garis yang tercetak tebal) akan diuraikan di bawah ini :
Ramalan garis tangan - Orang yang memiliki Garis cinta di bawah bukit Jupiter, pada umunya memiliki sifat menjunjung moralitas,ambisius, jadi tidak asal pilih dalam memilih pasangan. Lebih kecenderung apakah ia dapat menaikkan/mendukung taraf hidupnya. Orang ini memiliki sifat setia terhadap pasangannnya (tidak suka selingkuh dan berganti-ganti pasangan).Jika mereka jatuh cinta biasanya untuk selamanya, menghindari sedapat mungkin adanya perceraian.
Ramalan garis tangan - Jika memiliki Garis cinta berakhir diantara jari telujuk dan jari tengah, menandakan orang ini memiliki aura yang tenang, penuh kasih sayang , namun cenderung kearah egois dalam asmara. Kurang menjunjung demokrasi dalam hubungan asmara. Namun ia akan rela berkorban dan tidak terlalu menuntut terhadap pasangannnya
Ramalan garis tangan - Orang yang memiliki garis cinta berakhir di gunung saturnus, menandakan memiliki sifat egois dalam hubungan asmara. Berat untuk berkorban demi cinta dan cenderung menuntut pasangannya. Diam, kurang fleksibel dalam urusan cinta, serta sulit memaafkan pasangannya jika berbuat kesalahan.
Ramalan garis tangan - Garis cinta yang berakhir di bawah gunung saturnus, menandakan sifat egois dan tidak peka terhadap lingkungan/pasangannya (kurang memiliki rasa empathy).
Ramalan garis tangan - Jika panjang garis cinta lebih panjang dari jari, menandakan orang tersebut memiliki sifat pencemburu.
Ramalan garis tangan - Orang yang memiliki garis cinta cenderung membentuk kurva di bawah gunung jupiter, menandakan pernah atau akan mengalami kecewa dalam urusan asmaranya, cenderung mempunyai persepsi salah dalam urusan asmara, salah dalam memilih pasangannya atau mungkin bisa juga cenderung kawin dalam usia muda.
Ramalan garis tangan - Garis cinta berbentuk rantai atau tidak beraturan, mengindikasikan adanya hubungan yang tidak pernah stabil dalam urusan percintaan dan jarang pernah menjalin hubungan yang lama dalam asmaranya.
Ramalan garis tangan - Jika ujung garis cinta berakhir di bukit saturnus dan ujungnya terdapat tanda 'bulatan', berarti sebenarnya benar-benar ia tidak pernah menyukai pasangannya atau dangkal perasaan cinta terhadap pasangannya.
Ramalan garis tangan - Orang yang memiliki garis cinta hampir menyentuh garis kepala, biasaya mengindisikan adanya perselingkuhan dalam bercinta.
Ramalan garis tangan - Jika garis cinta letaknya terlalu jauh dengan garis kepala, pada umumnya orang tersebut cenderung pelit dalam urusan cinta. Semua mempertimbangkan faktor untung-rugi
Ramalan garis tangan - Orang yang memiliki garis cinta bersatu dengan garis kepalanya (simian line), orang tersebut kalau mencintai akan sepenuh hatinya, serta menggunakan akal dan pikirannnya untuk menuju ke percintaan yang sempurna (perfect), sehingga cenderung keras kepala dan egois. Termasuk kategori pecinta yang Posesif (Rasa memiliki yang amat sangat). Bahkan dapat melakukan segala cara untuk mencapai kehendaknya, meskipun hal itu membahayakan orang lain dan dirinya sendiri.
Ramalan garis tangan - Bila ujung garis cinta berbentuk hati dan berakhir diantara bukit saturnus dan jupiter, pada umunya orang tersebut memiliki akhir percintaan yang bahagia.
Ramalan garis tangan - Bila ditemukan orang memiliki garis cinta yang cenderung tipis dan tidak jelas, pada umunya hatinya cenderung dingin dan tidak hangat dalam urusan cinta .
Ramalan garis tangan - Orang memiliki garis cinta yang patah biasanya ada suatu tragedi yang terjadi dalam urusan cinta.
SUMBER : metroaktual.com
Selengkapnya.....
9.4.10
Perlunya Mereformasi Mind-Set Masyarakat Bali
PEMBERANTASAN judi di tanah Bali tampaknya tidak akan mudah dilakukan karena ia telah merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Judi dengan segala bentuknya (tajen, ceki, togel, dan lainnya) bagi masyarakat Bali masih dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan bukan merupakan dosa besar. Hal ini jelas terlihat dari masih tak bisa terpisahkannya kegiatan perjudian semacam itu dari kehidupan masyarakat, termasuk ketika upacara dewa yadnya sedang dihelat oleh masyarakat Bali. Coba saja perhatikan dalam mempersiapkan pelaksanaan upacara acapkali masyarakat Bali mengadakan judi ceki atau tajen dengan alasan untuk sekadar menghibur atau menggali dana. Bagi mereka (para bebotoh khususnya) upacara tidak akan terasa lengkap dan kurang berarti jika tanpa disertai dengan kegiatan perjudian.
Masyarakat memberikan toleransi dan ruang yang begitu luas sehingga dia bisa berkembang dengan sebebas-bebasnya dan seluas-luasnya tanpa adanya social control. Akibatnya, perjudian dinggap sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja, apalagi dari pelaksanaan judi telah terbukti menghasilkan dana berupa cuk yang telah mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat untuk meringankan beban pembiayaan yadnya.
Di sinilah letak sebenarnya permasalahan mengapa judi tak bisa dituntaskan oleh pihak kepolisian. Secara jelas bisa dikatakan bahwa masyarakatlah yang membuat judi tak bisa diberantas karena mereka masih menganggap kegiatan itu memberikan kontribusi yang berarti dari segi finansial kepada masyarakat.
Yang perlu dilakukan sekarang adalah bagaimana mereformasi dan mentransformasi mind-set masyarakat Bali khususnya agar mampu mengalihkan pandangan dari judi yang dianggap sebagai sesuatu yang biasa menjadi sesuatu yang betul-betul tidak boleh dilakukan lagi, apalagi di tempat-tempat suci.
Dharma wacana yang sering dilakukan oleh para rohaniwan Hindu di berbagai media tampaknya belum mampu memberikan pengaruh yang signifikan untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat agar menghentikan kegiatan perjudian. Pola pikir yang selalu mempraktikkan dan mendukung kejahatan tampaknya sangat disukai oleh masyarakat dewasa ini. Apakah ini sebagai pertanda juga bahwa masyarakat Bali terkena wabah STMJ -- sembahyang taat maksiat tetap jalan. Kalau hal ini benar berarti pekerjaan besar kita adalah meluruskan keadaan masyarakat yang pola pikirnya sudah menyimpang dari ajaran dharma.
Namun, kita tidak perlu berkecil hati untuk memberantas judi. Masyarakat Bali memiliki traditional rules and values untuk mengerem segala penyimpangan dengan memberdayakan hukum adat. Hal ini sangat efektif karena selama ini sanksi adatlah yang paling ditakuti oleh masyarakat Bali. Namun yang menjadi pertanyaan, maukah lembaga-lembaga adat melakukan pelarangan terhadap segala bentuk perjudian yang terjadi di lingkungan adat? Tidakkah ini dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan mengingat judi sudah dianggap sebagai sesuatu yang wajar dilakukan? Namun, demi kepentingan yang lebih besar terutama mendudukkan, menegakkan kembali ajaran agama yang benar, tidak ada jalan lain kecuali memberdayakan segala upaya yang dimiliki untuk memberantas judi.
Memang kalau dipikir-pikir tindakan mencegah judi terkesan terlambat di saat ia telah berkembang dengan begitu pesat. Apalagi di dunia saat ini paham kapitalisme, hedonisme, dan pragmatisme begitu didewakan. Segala hal yang menguntungkan menjadi tujuan setiap orang tanpa mempertimbangkan halal dan haramnya. Meskipun kenyataan seperti itu melingkupi kehidupan keseharin masyarakat, tetap tegak di jalan dharma adalah keharusan bagi kita semua. Hanya dengan dharmalah keharmonisan kehidupan akan bisa terpelihara baik secara sekala dan niskala. Oleh karena itu marilah kita semua berusaha untuk menegakkan dharma itu dengan menjauhi tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran dharma.
Sumber : Bali Post
Selengkapnya.....
KARMA dan TRANSMIGRASI
Pada saat penciptaan, sebagian kecil dari jiwa-jiwa yang tak terbilang banyaknya turun ke alam jasmani dan mengenakan penutup atau tubuh yang diperlukan untuk hidup di alam kausal, astral dan jasmani. Tubuh-tubuh ini memudarkan cahaya Jiwa sehingga ia melupakan rumah sejatinya dan kemuliaannya yang semula.
Jiwa-jiwa di alam PINDA telah berada di sana sejak jutaan tahun dan telah mengalami segala macam bentuk kehidupan yang sesuai dengan keinginan dan perbuatannya. Melalui rangkaian kelahiran dan kematian yang tak ada habisnya, kita meninggalkan tubuh yang satu untuk sekedar dilahirkan ke dalam tubuh yang lain. Itu dikenal sebagai Roda Delapan Puluh Empat atau lingkaran 8.400.000 jenis kehidupan ke dalam mana jiwa dapat berinkarnasi.
Para Suci dari segala zaman telah mengakui dan mengajarkan hukum transmigrasi (perubahan bentuk perwujudan) ini.
“Transmigrasi berarti perpindahan jiwa ke dalam berbagai jenis kehidupan untuk menunaikan tugas yang sesuai dengan karmanya. Jiwa berasal dari lautan kehidupan yang mahaluas dan akan pulang kembali kepadanya.”
Di India, hampir semua agama seperti Hindu, Jain, Buddha, Sikh dll. percaya bahwa orang mengalami suka dan duka sebagai akibat dari perbuatannya sendiri di masa lalu, dan di masa depan ia akan menanggung akibat dari semua perbuatannya yang dilakukan dalam hidup sekarang.
Umat Yahudi, Kristen dan Islam tidak mengenal transmigrasi jiwa maupun hukum karma. Mereka percaya bahwa Allah adalah Pencipta dan Tuhan seluruh alam semesta. Sama halnya seperti tukang tembikar membentuk dan merombak jambangan sekehendak hatinya di mana jambangan itu sendiri tidak berhak apa-apa, begitu juga, Tuhanlah yang menentukan apakah Ia akan memberikan Keselamatan kepada ciptaanNya atau tetap membuatnya bodoh. Mereka juga percaya bahwa karena Tuhan itu mahakuasa, tak seorangpun berhak atau mampu menghalangi perbuatanNya atau mengetahui apa yang Ia lakukan. Semua hal itu tidak dapat dipahami oleh manusia dan sebaiknya tidak usah kita pikirkan.
Para Suci menerangkan secara jelas perihal kebaikan dan keburukan hukum karma. Karma merupakan teori sebab dan akibat yang berlaku bagi seluruh alam semesta. Emerson, para ahli filsafat lain dan juga para profesor ilmu alam menyebutnya sebagai hukum kompensasi. “Apa yang kautabur, itu harus kau tuai”.
Kata-kata yang diucapkan oleh seseorang mempunyai pengaruh ganda. Yang pertama adalah aksi, dan yang kedua adalah reaksi. Reaksinya akan menggema di dalam dan di sekeliling si pembicara dan menimbulkan gelombang pikiran yang sama disekitarnya. Jadi, pikiran apa saja, entah baik atau buruk – yang keluar daripadanya akan menimbulkan gema yang tepat sama. Itu merupakan hukum tegas yang tidak dapat ditawar-tawar dan yang tetap berlaku bagi benda hidup maupun mati. Hukum itu tidak dapat dihapus.
Karma juga merupakan proses penyelesaian hutang piutang seseorang. Bila kita mengambil sesuatu dari orang lain, kita harus memberikannya kembali, dan dengan mengikuti patokan itu dibentuklah karma nasib; dengan demikian semua pasang surut kehidupan kita dapat dijelaskan. Suka dan duka, kaya dan miskin, sehat dan sakit, memberi dan menerima, semuanya merupakan hasil perbuatan semacam itu yang harus dilunasi. Bila seseorang tidak melunasinya dalam hidup ini, ia harus melakukannya dalam kehidupan yang akan datang.
Walaupun seseorang meninggal dunia, namun pita rekaman semua perbuatannya tidak musnah. Catatan mengenai semua perbuatannya itu telah tersurat pada jiwa yang masih tetap terbungkus oleh tubuh astral dan kausal, walaupun tubuh jasmaninya telah mati. Jiwa meninggalkan tubuh saat kematian, namun hutang piutangnya tetap mengikutinya sampai lunas.
Shamas Tabriz (seorang suci Islam dari Persia) berkata:
“Kita hidup di alam semesta ini, dan dalam setiap kehidupan, kita mengenakan jubah yang berbeda. Kadang-kadang sebagai makhluk yang lain, namun kita semua merupakan bagian dari Sang Pencipta. Dengan perkataan lain, kita datang ke dunia ini dan kita pergi dari dunia ini ratusan dan ribuan kali, karena alam semesta ini merupakan loka karya dengan pintu masuk dan pintu keluar.”
Ada tiga jenis karma atau perbuatan: Sinchit, Pralabdh dan Kriyaman. Sinchit adalah karma simpanan; Pralabdh adalah karma nasib; dan Kriyaman adalah karma baru. Karma simpanan merupakan hasil perbuatan masa lalu yang belum terlunasi atau belum disuratkan. Karma nasib merupakan sebagian hasil perbuatan di masa lampau yang harus diselesaikan dalam hidup sekarang, dan untuk mana kita telah diberi tubuh manusia ini, yaitu untuk mengalami akibat dari karma baik atau buruk yang telah ditentukan oleh nasib. Kriyaman terdiri atas karma baru yang terjadi dari perbuatan kita dalam hidup sekarang. Dengan perkataan lain, sambil menjalani takdir (karma nasib), kita juga membuat karma baru yang hasilnya harus kita alami dalam hidup dan sebagian lagi sebagai Sinchit.
Apakah sesungguhnya yang diartikan dengan ‘karma masa lalu?’ Ayat-ayat Suci menerangkan bahwa Tuhan mengaruniai kita tubuh jasmani – entah sebagai manusia atau makhluk yang lebih rendah – dan kita datang ke dunia ini untuk memetik sebagian hasil karma masa lalu kita yang telah disuratkan. Sesuai dengan cara yang Ia kehendaki agar kita menunaikan tugas itu, kita akan melakukannya tepat seperti itu, karena begitulah cara yang telah disuratkan oleh nasib kita. Tak seorangpun dapat meloloskan diri dari Takdir atau Nasibnya. Hanya Tuhan sajalah yang bebas, dan Ia mengatur seluruh dunia dengan hukumNya.
Karma masa lalu kitalah yang bertanggungjawab atas kebaikan dan keburukan, suka dan duka yang kita alami dan yang menentukan kita harus lahir sebagai makhluk yang hina atau mulia. “Apa yang kau tabur, itu harus kau tuai.” Kita merasa senang sebagai akibat dari perbuatan baik yang kita lakukan, dan merasa sedih sebagai akibat dari perbuatan buruk kita sendiri, karena kita harus memetik semua hasil perbuatan, baik dengan pikiran, perkataan maupun perbuatan.
Kita tidak dapat meloloskan diri dari hasil perbuatan kita dengan jalan melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Akibat seperti itu harus ditanggung di kemudian hari. Karena itu, jelaslah sudah bahwa susah atau senang, suka atau duka apapun yang kita alami, itu semua disebabkan oleh perbuatan kita sendiri dan kita tidak dapat menyalahkan siapapun untuk itu. Bagaimana orang dapat berharap untuk memperoleh hasil yang baik dari perbuatan yang buruk? Siapapun beranggapan demikian, itu adalah suatu kekeliruan.
Mohon pengampunan Tuhan dan beranggapan bahwa kita kemudian boleh berbuat dosa lagi adalah suatu kekeliruan. Penyakit merupakan hukuman atas dosa kita. Bila dosa sudah dilakukan, itu hanya dapat ditebus dengan menerima hukuman yang setimpal. Sebab utama dari semua dosa adalah anggapan bahwa kita ini tubuh. Selama kita tidak melepaskan kesadaran bertubuh, maka kesenangan inderawi dan keinginan untuk menikmatinya tidak akan hilang dari ingatan kita.
“Seringkali orang menghadapi kesulitan, karena dalam mencari kesenangan, mereka dihadapkan pada berbagai penyakit. Keinginan akan kesenangan tidak akan lenyap tanpa penyerahan diri kepada kehendakNya. Sementara itu, ia akan tetap mengembara.”
Dhrita-rashtra (ayah dari Panca Pendawa, seorang raja yang buta sejak lahir) pernah ditanya apa yang telah ia lakukan di masa lalu sehingga ia sekarang buta. Ia menjawab bahwa ia dapat melihat sejauh seratus kehidupan yang lampau, tetapi di sana ia tidak menemukan apa-apa yang dapat menjadi penyebab kebutaannya. Kemudian Batara Krisna memberikan penglihatan rohaninya untuk menunjukkan apa yang telah ia lakukan sebelum seratus kehidupan yang terakhir. Setelah itu barulah Dhrita-rashtra melihat bahwa jauh sebelum itu, ia telah melakukan suatu perbuatan untuk mana ia sekarang harus dilahirkan buta. Apakah daya kita terhadap simpanan karma yang terpendam selama ratusan kehidupan? Roda karma senantiasa berputar dan hasil perbuatan kita akan bersemi dan harus dilunasi meskipun setelah ratusan atau ribuan kehidupan.
Kita terikat oleh karma nasib kita. Ada banyak orang baik dan mereka berbuat baik oleh sebab karma nasibnya. Yang lain menjadi jahat dan berbuat jahat oleh sebab karma nasibnya. Mereka semua tidak berdaya untuk berbuat lain. Meskipun diberi kesempatan untuk melakukan perbuatan baik, mereka mengabaikannya. Mereka merasa bahwa mereka tidak memerlukan Satguru dan Tuhan.
Karma diatur oleh Kal, yang menguasai tiga dunia, yaitu dunia jasmani, astral dan kausal. Kal telah diciptakan oleh Tuhan yang Mahakuasa; ia mengatur ketiga alam terendah itu di bawah perintahnya. Ia menerapkan keadilan tanpa pandang bulu. Sesuai dengan perintah Tuhan, semua makhluk hidup setelah kematiannya diharuskan untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan baik atau buruknya dan ia mengambil tindakan sesuai dengan itu. Neraka dimaksudkan untuk orang berdosa dan surga untuk mereka yang melakukan perbuatan baik. Bila masa tinggal mereka di alam-alam itu telah habis, mereka sekali lagi harus mengitari roda perputaran hidup dan mati.
Kal mempunyai dua senjata, yaitu Waktu dan Ruang. Keduanya merupakan tiang pasak ciptaan. Ruang digunakan untuk menyebarluaskan ciptaan dan waktu selalu mendatangkan perubahan.
“Tuhan Sendirilah yang memaksa ciptaanNya untuk menjalani karma nasib yang tidak dapat dihindarkan dan tidak dapat dihapus. Apa yang telah ditakdirkan. Itu harus terjadi.”
“Kita harus bertemu dengan orang-orang tertentu; kita harus berpisah dari orang-orang tertentu. Pertemuan dan perpisahan itu juga terjadi sesuai dengan Hukum Karma. Berdasarkan itulah segala kejadian duniawi dilakukan.”
Kal memerintah seperti yang ditugaskan oleh Tuhan (Sat Purush) yang mahakuasa dan ia bukan pencipta jiwa, ia tidak dapat menciptakan maupun memusnahkan jiwa. Hanya tubuhlah yang menjadi miliknya. Ia memberikan tubuh sesuai dengan karma masing-masing dan mengambilnya kembali setelah jadwal waktunya habis. Ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap jiwa, karena jiwa adalah anak Sat Purush yang bersifat kekal.
Tidak ada satupun makhluk yang lebih rendah dari manusia yang dapat berbuat sekehendaknya. Tetapi manusia mempunyai kebebasan dalam bertindak sesuai dengan karmanya. Karena itu mereka sedikit banyak dapat memanfaatkan kebebasan dalam bertindak itu.
Kelahiran sebagai manusia hanya diperoleh berkat nasib yang luar biasa baiknya. Setelah memperolehnya, kita harus mengikuti jalan rohani dan ajaran yang dikhotbahkan oleh para Suci. Hidup manusia itu langka. Itu tidak diperoleh berulang kali. Bila kita melewatkan kesempatan itu, maka kelak kemudian hari, kita akan menyesalinya dalam-dalam.
Manusia adalah ciptaan terluhur. Itu diperoleh berkat nasib yang mahabaik. Kehidupan manusia memberi kita kemampuan untuk bersatu dengan Tuhan. Guru Arjan Sahib berkata:
“Berulang kali aku lahir sebagai kutu dan serangga,
Berulang kali aku lahir sebagai gajah, ikan atau rusa,
Berulang kali aku lahir sebagai rumput dan pohon,
Sekarang kesempatan terbuka untuk bertemu dengan Tuhan,
Tubuh mulia ini telah kuperoleh setelah berabad-abad lamanya.”
Tubuh dan jiwa manusia asyik dengan dunia ini, manusia perlu menyiapkan bekal untuk kemudian hari.
“Semua akan menempuh perjalanan ke negeri asing itu;
Wahai manusia bodoh, waspadalah, karena ajal sudah dekat!”
Meskipun demikian, pertanyaan timbul bagaimana kita dapat melakukannya? Dengan menghadiri satsang dan mengikuti ajaran-Nya, kita dapat memperoleh pembebasan dari sebagian karma kita. Tetapi, belenggu karma kita atau hasil perbuatan kita adalah begitu kuat.
Karena Karma Nasibnya, sementara orang tidak ditakdirkan untuk bertemu dengan seorang Satguru dalam hidup sekarang ini. Mereka tidak berminat untuk bertemu dengan seorang Satguru, walaupun Ia berada di tengah-tengah mereka. Karena sikap demikian dan karena Karma Nasib itu, mereka tetap mengembara dalam siklus kelahiran dan kematian dari berbagai jenis kehidupan.
Kita tidak berdaya untuk mengubah nasib kita. Apa yang ditakdirkan oleh Nasib harus terjadi. Kita hanya dapat bertemu dengan Satguru dan mengingat Tuhan bila kita telah ditakdirkan untuk itu. Orang yang mengikuti perintah pikiran, dikuasai oleh pemikiran duniawi dan benda-benda duniawi. Dan mereka yang mengikuti perintah Satguru, di dalam pikirannya ia sudah mempunyai kecenderungan untuk menghayati Tuhan.
“Hanya nasib yang menyebabkan kita pergi kepada seorang Satguru, menerima Dia sebagai Satguru, meyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendakNya, sehingga Ia menyatukan jiwa kita dengan Suara Suci.”
Lautan karma itu tak terduga dalamnya. Untuk menghilangkan karma cadangan adalah hampir-hampir mustahil. Tetapi bila kita bertemu dengan seorang Satguru, Ia melunasi semua hutang piutang karma kita dengan menganjurkan kita untuk melakukan perbuatan tanpa mengharapkan hasilnya. Bila kita melakukan latihan rohani seperti yang diperintahkan oleh Satguru dan menyerahkan diri sepenuhnya kepadaNya, kita akan dapat menjalani karma nasib dengan hati gembira dan tidak melakukan karma baru lain yang harus dijalani dalam kehidupan yang akan datang. Karma cadangan berangsur-angsur dimusnahkan dengan praktek mendengarkan Sabda. Kadang-kadang Satguru membantu untuk menanggung beban karma nasib kita sehingga yang seharusnya merupakan pukulan mematikan akan berubah menjadi tusukan jarum, dengan akibat bahwa kita akan menjalani karma tanpa banyak mengalami penderitaan dan ketakutan.
Dengan jalan demikian, semua karma kita akan terlunasi berkat karunia Satguru. Akhirnya kita akan dibebaskan dari beban karma dan memperoleh Keselamatan dengan menyeberangi lautan Kehidupan. Kita hanya dapat menjadi “hampa karma” selagi kita hidup di dunia ini dan melakukan semua perbuatan tanpa keinginan.
Perbuatan merupakan bagian dari pikiran dan tubuh. Selama pikiran tidak ditundukkan, kita sulit atau bahkan tidak mungkin untuk menjadi hampa karma. Pikiran selalu tidak tenang. Ia tidak dapat didiamkan walaupun hanya sedetik. Karena itu, tak seorangpun dapat membebaskan diri dari perbuatan lahiriah atau mental. Namun bila seseorang mempersembahkan semua perbuatannya di atas altar Satguru, maka perbuatan apapun yang ia lakukan, itu tidak akan terkena hukuman dan ia pasti akan memperoleh pembebasan dari roda transmigrasi.
Pada saat ajal tiba, Kal tidak akan datang untuk mengambil siswa Satguru. Satguru Sendirilah yang akan datang dan membawa jiwa itu bersamaNya. Kal tidak akan mendekati seorang bakta.
“Ego itu merupakan penyakit menahun
Yang masih dapat sembuh sendiri dengan mudah
Bila karunia Tuhan turun
Berkat Nama Satguru, jiwa melambung,
sehingga terbebas dari keakuan.”
SUMBER : FORUM WEB GAUL
Selengkapnya.....
8.4.10
Konversi Agama "Hindu"
Oleh : Surpi Aryadharma
Konversi agama sebagai penyakit kronis
Kasus konversi agama seperti sebuah penyakit kronis tetapi tidak banyak pihak yang menyadarinya. Bali yang dijadikan ladang misi sejak tahun 1630, mengalami panen besar sejak adanya pembabtisan bersejarah dan menggemparkan di Tukad Yeh Poh, Untal-Untal Dalung 11 Nopember 1931. Sejak saat itu, Kekristenan terus merambah Bali hingga konversi mencapai sekurangnya 27.500 jiwa. Angka ini baru yang berhasil dipanen oleh misi protestan, sementara Katolik diperkirakan mendapatkan pengikut yang setara. Konversi agama ini tidak terjadi secara kebetulan, melainkan dengan upaya yang terstruktur, sistematis dan dinaungi oleh badan misi dunia.
Sejumlah sumber mengungkapkan, konversi agama di Bali terbagi atas tiga periode. Periode pertama tahun 1597- 1928, periode kedua tahun 1929-1936 berdasarkan efektifitas usaha penginjilan yang dilakukan. Kemudian periode terakhir 1937-1949 sebagai masa persiapan kelahiran Gereja Kristen Protestan Bali.
Periode pertama lebih banyak merupakan periode persiapan, di mana sejumlah badan misi dunia, para zendeling (misi Kristen) maupun misionaris (misi Katolik) mempelajari dan datang ke Bali. Sejumlah pendeta datang ke Bali dengan menyamar sebagai turis seperti Dr. H.W. Medhurst dan Dr. W.R. Baron Van Hoevall. Selain itu sejumlah peneliti dikirim sebagai tahap persiapan seperti Van Der Tuuk. Ia dikirim oleh Perhimpunan Missi Utrecht (U.Z.W.) yang bekerja sama dengan Lembaga Alkitab Belanda (N.B.G.). Van Der Tuuk bekerja di Bali tahun 1870–1873, di samping menerjemahkan injil juga membuat kamus bahasa Bali.
Sejumlah ahli yang sesungguhnya merupakan misionaris ini mempelajari dan mengkaji berbagai lontar kuno di Bali. Ternyata di balik kokohnya sistem adat, dilaporkan oleh para pekerja Kristen di Bali seperti Van Hoevall, sejak tahun 1846, sudah banyak masyarakat Bali yang tidak puas dengan system adat dan agama. Ditulis Hoeval banyak orang Bali merasakan sistem kasta yang ada dalam agama Hindu Bali tidak adil dan banyaknya upacara dan kewajiban sehubungan dengan penyelenggaraan upacara dan persembahyangan menyebabkan mereka jadi miskin. Inilah yang dipandang oleh Hoeval sebagai celah masuk untuk menyebarkan kekristenan di Bali.
Orang Bali pertama yang menjadi Kristen.
Namun walau zending terus bergulir di Bali dengan dikirimnya sejumlah penginjil, upaya pada tahap awal gagal. Tiga Pekabar Injil Belanda yang dikirim, yaitu van Eck, de Vroom, van der Jogt setelah 13 tahun usaha mereka, tahun 1873 hanya berhasil membabtis satu orang Bali yakni I Goesti Wajan Karangasem dari Bali Timur, Jagaraga
Singaraja.
I Goesti Wajan Karangasem ini yang diberi nama baptis Nicedemus. Namun karena tidak kuat menanggung beban pengucilan dari keluarga dan banjarnya, ia diduga membunuh De Room tahun 1881. Sejak kejadian berdarah yang menggemparkan itu, Belanda menutup aktivitas penginjilan dan Bali tertutup untuk waktu sekitar 50 tahun. Selain itu melalui perdebatan panjang, Belanda juga menerapkan kebijakan kebudayaan dan pendidikan yang dikenal dengan Baliseering (Balinisasi) yang dimulai tahun 1920-an yang menyulitkan para penginjil mendapatkan surat ijin untuk masuk ke Bali.
Walau demikian badan misi tidak menyerah. Di tengah tertutupnya aktivitas penginjilan, penginjil pribumi Salam Watias yang berasal dari Kediri, bekerja untuk Gereja Kristen Jawi Wetan (G.K.J.W) datang ke Bali untuk menjual buku-buku Kristen. Watias menggunakan pendekatan cultural dan mendekati orang-orang Bali karena sesama “Wong Majapahit.” Ia menjual buku-buku tersebut hingga ke pelosok-pelosok desa khususnya di Bali utara.
Karena orang Bali mempunyai kesenangan membaca pelajaran-pelajaran agama, maka ribuan buku terjual. Buku yang paling digemari adalah Injil Lukas yang ditulis dalam bahasa Bali. Tidak tertutup kemungkinan para pendukung Surya Kanta yang tidak puas dengan kondisi riil adat dan agama Bali menjadi pembeli dari buku Salam Watias.
Sekitar 80 orang Bali akhirnya minta dibabtis oleh Watiyas. Namun pekerjaan yang dinilai sangat berhasil dilakukan oleh Dr. R.A. Jaffray, Ketua C.M.A., dengan mempekerjakan Penginjil Cina yang bernama Tsang Kam Fuk, yang kemudian menyebut dirinya Tsang To Hang. Tsang To Hang berhasil masuk ke Bali tahun 1931 setelah CMA berhasil mendapatkan surat ijin khusus untuk menginjil orang-orang Tionghoa di Bali. Mereka telah menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan surat ijin masuk ke Bali, tetapi karena ijin itu tidak kunjung didapatkan, mereka menyiasati dengan meminta ijin untuk penginjilan terbatas pada orang-orang Tionghoa dan Belanda akhirnya mengabulkan permohonan itu.
Pan Loting.
Setelah satu setengah tahun upaya mereka di Denpasar hanya mampu membawa empat orang Tionghoa masuk Kristen, To Hang secara sadar melanggar surat ijin yang diberikan dan mulai menginjili orang-orang Bali.
Melalui seorang wanita Bali, istri seorang Tionghoa, ia berkenalan dengan beberapa orang Bali yang ingin keluar dari tradisi Hindu-Bali. Panen besar pun diperoleh dengan pembatisan yang menggemparkan Tanggal 11 November 931, Dr. Jaffray membabtis 12 orang Bali yang dipimpin oleh Pan Loting, di Sungai Yeh Poh.
Pan Loting adalah dukun sakti dan tokoh leak dari Buduk, yang oleh To Hang disebut sebagai tukang sihir. Pan Loting yang bernama asli I Made Gepek memiliki pengaruh yang luas karena ia dianggap orang sakti balian yang bisa membuat maupun menyembuhkan penyakit. Awalnya ia beradu ilmu dengan Tsang To Hang, tetapi kalah dan berikutnya debat teologis yang berakhir pada kekalahan sang tokoh leak.
Sampai To Hang diusir Belanda tahun 1933 ia telah berhasil membaptiskan sekitar 260 orang Bali. Setelah itu, Bali semakin terbuka dengan penginjilan dan puluhan badan misi terus bekerja di Bali untuk menambah pengikut dan jumlah gereja.
Dewasa ini, penginjilan bukan saja dilakukan dengan upaya propaganda, tetapi juga melalui badan-badan dan kegiatan besar yang dikemas menarik seperti Bali Gospel Festival yang digelar di GOR Ngurah Rai Denpasar. Kegiatan ini berupa penyembuhan masal dengan menggunakan doa-doa yang diisi dengan lagu-lagu pujian, ceramah dan persekutuan Kristen dari berbagai daerah di Bali.
Sejarah Kelam Kekristenan diBali
Agama Kristen menyadari adanya sejarah kelam kekristenan di Bali, di mana Kristen bukan saja lambat diterima di Pulau Dewata, tetapi dengan penolakan keras.
Ketua Sinode GKPB Bali saat ini Pdt. Drs. I Wayan Sudira Husada.MM mengatakan Kristen tengah berupaya memperbaiki sejarah kelam kekristenan di Bali, yakni kekristenan masuk dengan cara kasar dan menolak secara total sistem adat, sehingga mendapat pertentangan keras oleh orang Bali yang setia dengan adat. Dr. Jaffray dan Tsang To Hang meminta pemeluk kristen baru untuk membongkar sanggah karena dianggap pemujaan berhala yang sia-sia, tempat setan dan iblis dan melarang mengambil bagian pada kegiatan adat. Hal ini tentu saja menimbulkan ketersinggungan orang Bali yang pada akhirnya menjadi konflik berkepanjangan.
Penghancuran merajan/sanggah ini oleh Bishop Sudira merupakan kekeliruan dan kekristenan lebih bisa diterima jika dilakukan dengan cara-cara yang lebih lembut dan santun. Sehingga tidak heran di Gereja Abianbase, Mengwi, setiap sebulan sekali jemaat datang ke gereja mengenakan pakaian adat Bali, kebaktian dilakukan dengan bahasa Bali. Demikian pula dengan jemaat di gereja di Buduk dan Dalung.
Selain itu mereka juga turut melestarikan budaya Bali seperti gamelan dan tari Bali. Upaya ini sebagai jalan untuk meluruskan sejarah kelam kekristenan, di mana pada tahap awal Kristen identik dengan Eropa dan menganggap kehidupan orang Bali sarat dengan pemujaan berhala yang sia-sia, kabut gelap sehingga harus ditolak.
Faktor Utama Penyebab Konversi Agama di Bali
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sekurangnya terdapat delapan factor utama penyebab orang Bali melakukan konversi, yakni :
Pertama. Ketidakpuasan atas system adat dan agama.
Sejak dulu sebagian kecil masyarakat Bali menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem adat dan agama. Selain itu, kelompok - kelompok yang ada di masyarakat memperlihatkan kepekaan yang berbeda terhadap doktrin keagamaan tertentu. Kerumitan banten yang dikaitkan dengan ekspresi keimanan, aturan adat yang kaku serta tidak adanya kelonggaran bagi anggota masyarakat untuk menjalankan ajaran agama menjadi keluhan yang belum terjawab. Hal ini menimbulkan goncangan sosial yang pada akhirnya menimbulkan anomi. Para penderita deprivasi ekstrim dan anomi memperlihatkan daya tanggap yang besar terhadap agama yang mengkhotbahkan pesan keselamatan.
Kedua. Krisis individu.
Manusia kerap mengalami krisis yang disebabkan oleh banyak hal seperti kondisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup, keretakan keluarga, perceraian, korban kekerasan atau perasaan berdosa karena merasa telah melakukan perbuatan tercela. Orang yang mengalami krisis cenderung mencari nilai baru, guna mendapatkan pemecahan dari persoalan yang dihadapi. Agama Kristen termasuk agama yang menawarkan pesan keselamatan yang membawa seseorang pada rasa damai sejahtera. Perpindahan agama diharapkan mampu membawa perubahan dalam hidupnya.
Ketiga. Ekonomi dan lingkungan sosial.
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab seseorang pindah agama. Meletusnya Gunung Agung tahun 1963 diiringi dengan gelombang wabah dan kegagalan panen menimbulkan paceklik hampir di seluruh Bali. Hal itu dimanfaatkan oleh badan misi Kristen untuk memberikan bantuan seperti gandum dan alat-alat dapur maupun memberikan keahlian dengan tujuan imbalan masuk Kristen. Selain itu, banyak orang Bali karena belitan kemiskinan bersedia masuk Kristen dengan harapan mendapatkan bantuan dan terjadi peningkatan ekonomi. Kristen memiliki lembaga ekonomi yang mapan yakni Maha Bhoga Marga (MBM) yang memberikan kredit ringan bahkan bantuan Cuma Cuma untuk peningkatan ekonomi masyarakat kecil. MBM berdiri sejak 15 Januari 1963 yang pendanaannya berasal dari diakonia (dana yang terhimpun dari umat Kristen). Selain itu masih banyak lembaga sosial yang memiliki misi serupa, selain badan penyiaran seperti radio Kristen.
Keempat. Pengaruh ilmu kebatinan, Kehausan rohani dan janji keselamatan.
Ilmu kebatinan yang diajarkan Raden Atmaja Kusuma di Singaraja menjadi loncatan awal bagi kekristenan di Bali. Ajaran mistik ini sepintas mirip dengan ajaran Kristen di mana pencapaian spiritual dapat dicapai dengan pencerahan rohani, bukan dengan upacara yang besar. Umat Hindu yang mengalami kehausan rohani dulunya memang sulit mendapatkan jawaban, karena sedikitnya tokoh yang bisa memberikan pelayanan rohani.
Kelima. Keretakan keluarga dan urbanisasi.
Keluarga yang tidak harmonis mendorong terjadinya konversi. Anggota keluarga yang merasa terlempar dari ikatan keluarga dan merasa sebatang kara tanpa ada yang memperhatian cenderung akan mencari komunitas baru yang dapat dijadikan tempat untuk berbagi dalam kehidupannya.
Keenam. Perkawinan dan urutan kelahiran dalam keluarga.
Perkawinan seringkali menimbulkan terjadinya konversi agama. Wanita Bali yang kawin dengan pria Kristen sebagian besar akan mengikuti agama suami karena sistem patrialistik dari masyarakat Bali. Namun tidak sedikit justru pria Hindu yang mengikuti agama calon istrinya. Selain itu, urutan kelahiran dalam keluarga sangat berpengaruh. Di mana anak laki-laki yang bukan merupakan pewaris keluarga lebih mudah untuk beralih agama karena tidak terikat tanggung jawab dalam keluarganya. Juga mereka bukan penanggung jawab utama baik dalam melakukan pengabenan bagi orang tuanya maupun mengurus sanggah dan warisan keluarga.
Ketujuh. Kegiatan penginjilan yang agresif.
Kristen memang merupakan agama missioner. Tugas penginjilan bukan hanya dilakukan oleh penginjil profesional, tetapi juga oleh seluruh gereja dan jemaat. Banyak warga yang masuk Kristen karena kegiatan penginjilan yang mempropagandakan kehidupan yang lebih baik.
Kedelapan. Lemahnya pemahaman teologi (Brahmavidya).
Masyarakat Hindu di Bali yang menjalani agama cenderung dengan berbagai upacara menyebabkan teologi tidak mendapatkan tempat yang layak dalam pelajaran agamanya. Ketidaktahuan ini tentu saja merugikan dialog antar pemeluk agama maupun dengan penginjil yang memang mapan dalam berdebat. Delapan factor utama diatas sesungguhnya berpangkal pada lemahnya pemahaman atas ajaran Hindu, sehingga para converts dengan mudah meninggalkan Hindu.
Dialog yang intensif.
Delapan faktor utama itu ternyata tidak berdiri sendiri, melainkan konversi terjadi karena akumulasi banyak faktor. Dari penelitian yang dilakukan, salah satu konversi bisa terjadi karena perkawinan, ditambah dengan adanya dialog yang intensif dan pembelajaran serta lemahnya pemahaman atas agama Hindu.
Atau dengan terjadinya krisis individu yang tidak mendapatkan jawaban dalam pandangan hidup lama, ditambah dengan lemahnya pemahaman teologi dan kuatnya daya tarik komunitas Kristen yang tidak mengenal sanksi baik moral maupun material seperti dalam sistem adat Bali. Namun sebagian besar converts mengakui tidak pernah belajar Hindu secara baik dan tidak memahami teologi Hindu.
Hampir tidak ada konversi yang terjadi tanpa didahului dialog dengan mempertanyakan agama lama dan keunggulan agama Kristen. Dalam dialog dengan pemahaman yang minim, penganut Hindu memang sering kewalahan dengan umat Kristen yang dengan jelas mampu memaparkan keimanan, ibadah maupun teologi kekristenan. Olehnya sudah selayaknya para pemuka Hindu, majelis Hindu maupun tokoh-tokoh Hindu memikirkan penanaman teologi dan pentingnya dialog dalam pergaulan di era global yang tidak dapat dihindari ini.
Tulisan ini dipetik dari tesis: Konversi Agama Masyarakat Bali (Studi Kasus Konversi agama Hindu ke Kristen Protestan di Kelurahan Abianbase Kecamatan Mengwi Badung), Ni Kadek Surpi, IHDN Denpasar 2009
Sumber : MEDIA HINDU ONLINE
Selengkapnya.....